Program Tanam Padi Gunung 10 Hektare di Mahulu Dinilai Gagal, Ketua DPRD Dorong Evaluasi Total
Penanaman padi gunung di Mahulu.-istimewa-
BACA JUGA: Sulitnya Distribusi Bantuan Pangan di Mahulu Terkendala Perda
Untuk mengoptimalkan upaya tersebut, dalam waktu dekat DPRD akan membicarakan hal itu dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Mahulu secara teknis, termasuk menggali potensi pertanian yang akan digarap kedepan.
“Mungkin dengan berladang tidak cocok, kita harus beralih ke sawah, atau ke sektor lain, seperti perkebunan, misalnya kakao, kopi tebu. Nanti kami juga akan bicara dengan DKPP terkait dengan program yang tentunya bisa menghadirkan nilai ekonomis dari segi pertanian,” imbuhnya.
Sementara itu kepala Bidang Ketahanan Pangan DKPP Mahulu, Simeon mengatakan, secara teknis program tanam padi 10 hektare selama ini dikelola oleh seluruh pemerintah kampung.
Kemudian, secara administrasi program tersebut dibawah naungan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK).
BACA JUGA: Volume Sampah Mencapai 18 Ton Per Hari, Mahulu Belum Punya TPA
“Terus terang kami dari bidang DKPP belum berkomentar banyak terkait hal itu. Karena aspek perencanaan, pengendalian selama ini melalui pemerintah kampung, kemudian administrasi dan lainnya itu dikelola oleh DPMK,” kata Simeon.
Menurutnya, keterlibatan DKPP selama ini hanya sebagian pendampingan teknis di lapangan saja. Ia juga menyoroti kurangnya koordinasi dari dinas terkait dalam pelaksanaan program tersebut.
Bahkan teknis pengelolaan program tersebut juga tidak mengikuti petunjuk teknis (Juknis) sebagaimana yang dianjurkan pihak DKPP.
Kata Simeon, hal itu juga menjadi penyebab program tersebut tidak menunjukkan hasil maksimal sebagaimana yang diharapkan.
BACA JUGA: Infrastruktur Buruk, Investor Disebut Ragu Investasi ke Mahulu
“Bahkan di awal dulu kami terbitkan Juknis terkait pengembangan ladang itu, bagaimana pengelolaan lahannya sehingga bisa meningkatkan produksi. Tapi kelihatannya tidak semuanya dijalankan," jelasnya.
"Jadi walaupun ada pembukaan lahan, ada penanaman tapi produksi tidak optimal, mungkin karena aspek anjuran teknologinya tidak dijalankan dengan baik,” tambah Simeon.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
