Bankaltimtara

Warga Tukuq Keluhkan Proyek Desa Mangkrak, Mobil Operasional hingga Gilingan Padi Tak Terpakai

Warga Tukuq Keluhkan Proyek Desa Mangkrak, Mobil Operasional hingga Gilingan Padi Tak Terpakai

Jauh dari kata layak, proyek air bersih senilai Rp35 juta di Kampung Tukuq ini hanya menyedot langsung dari sungai dan menampungnya di tandon. Tanpa proses filtrasi untuk meningkatkan kelayakan air bersih.-(Istimewa/ Dok. Pribadi)-

KUBAR, NOMORSATUKALTIM – Sejumlah proyek yang bersumber dari Dana Desa di Kampung Tukuq, Kecamatan Bentian Besar, Kutai Barat (Kubar), dikeluhkan warga. 

Mulai dari mobil operasional desa, pengadaan baju dinas adat, perbaikan jaringan air bersih, hingga gilingan padi semuanya disebut bermasalah dan belum dinikmati masyarakat.

Jhody, salah satu masyarakat kampung Tukuq mengungkapkan, kasus ini sudah dilaporkan ke Inspektorat Kubar sejak beberapa bulan lalu, namun belum ada tindak lanjut yang jelas.

“Mobil untuk desa itu dananya sudah keluar, laporan juga sudah masuk ke Inspektorat. Tapi sampai sekarang belum ada tanggapan. Kita tidak tahu kenapa belum ada peninjauan ke desa,” kata Jhody kepada NOMORSATUKALTIM, Rabu, 13 Agustus 2025.

BACA JUGA: Sikap Lunak Itwil Kutim terhadap Penyelewengan Dana Desa Bumi Etam Tuai Kritik Tajam

BACA JUGA: Inspektorat Kutim Beri Waktu 3 Bulan untuk Pengembalian Dana Desa yang Ditilep Bendahara Desa Bumi Etam

Menurutnya, proyek mobil operasional itu semula diperuntukkan bagi pelayanan dan kegiatan pemerintahan desa. 

Namun hingga kini, kendaraan tersebut tidak pernah sampai ke desa.

Selain mobil, Jhody juga menyoroti dana sebesar Rp29 juta untuk pembelian baju dinas Kepala Adat dan stafnya. 

Dana itu, kata dia, sudah diterima pihak desa, namun tidak diserahkan kepada penerima yang berhak.

BACA JUGA: Dana Desa di Kutim Diselewengkan Hampir Rp 2 Miliar, Oknum Bendahara Diduga Terlibat

BACA JUGA: Bupati Berau: Dana Desa Harus Dikelola dengan Benar

“Itu uang baju sudah ada, tapi sampai sekarang Kepala Adat dan stafnya tidak menerima. Informasinya uang itu ada di Petinggi,” ujarnya.

Jhody menyebut, kejadian-kejadian ini menimbulkan kekecewaan di kalangan warga karena dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan bersama justru tidak memberikan manfaat nyata.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: