Taman Budaya Sendawar Jadi Saksi Penobatan Kanda Dinda Kutai Barat 2025
Eszkil dan Amata Selena Lindang resmi dinobatkan sebagai Kanda dan Dinda Duta Budaya Kubar 2025, dalam Grand Final yang digelar di Taman Budaya Sendawar.-(Disway Kaltim/ Eventius)-
KUBAR, NOMORSATUKALTIM – Panggung Taman Budaya Sendawar bergemuruh saat 2 nama terakhir diumumkan sebagai pemenang utama ajang pemilihan Kanda Dinda Duta Budaya Kutai Barat (Kubar) 2025.
Eszkil dan Amata Selena Lindang melangkah mantap ke depan, mengenakan busana adat dengan kepala tegak, menyambut selempang dan gelar yang menandai peran baru mereka sebagai duta kultural generasi muda daerah.
Ajang ini digelar pada Senin, 14 Juli 2025 dan menjadi puncak dari proses panjang yang dirancang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kubar melalui Bidang Kebudayaan.
Selain sebagai ruang apresiasi terhadap potensi generasi muda, pemilihan Kanda Dinda juga ditujukan untuk menyiapkan figur-figur kebudayaan yang mampu menjangkau isu-isu pelestarian budaya melalui cara pandang yang segar dan inklusif.
BACA JUGA: Guru SMAN 1 Nyuatan Kubar Tembus Grand Final Duta Guru CBP Rupiah se-Kaltim
Ditemui seusai acara, Eszkil mengaku bahwa sejak awal, keikutsertaannya dalam ajang ini bukan semata demi gelar.
Melainkan didorong oleh keresahan pribadi terhadap makin renggangnya hubungan antara generasi muda dan nilai-nilai kebudayaan lokal.
“Saya tidak mau budaya hanya hidup di panggung dan festival. Budaya harus hadir di ruang-ruang nyata kehidupan kita sehari-hari. Di media sosial, di ruang kelas, di komunitas remaja. Kalau tidak, dia akan hilang perlahan tanpa kita sadari,” ujarnya kepada NOMORSATUKALTIM, Senin, 14 Juli 2025.
Menurut Eszkil, menjadi Kanda bukan sekadar simbol.
BACA JUGA: Disdikbud Kubar Gaungkan Pelestarian Budaya Lewat Ajang Kanda Dinda Duta Budaya
Ia melihat peran itu sebagai medium untuk mempertemukan dua dunia.
Yakni akar tradisi dan dunia digital yang kini mendominasi cara anak muda berinteraksi.
Budaya, katanya, harus diperkenalkan bukan dengan cara menggurui, tapi dengan cara menghidupi.
“Kita harus bicara tentang budaya dalam bahasa yang dipahami anak muda. Jangan hanya menampilkan tarian atau busana adat, lalu selesai. Kita perlu masuk ke pembicaraan yang lebih dalam. Apa arti adat dalam relasi sosial kita hari ini? Apa makna gotong royong dalam konteks generasi daring? Saya ingin menjadi bagian dari upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,” tegasnya.
BACA JUGA: Grand Final Duta Wisata – Putri Pariwisata Sendawar 2025 Lahirkan Talenta Inspiratif
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
