Bankaltimtara

Taman Budaya Sendawar Jadi Saksi Penobatan Kanda Dinda Kutai Barat 2025

Taman Budaya Sendawar Jadi Saksi Penobatan Kanda Dinda Kutai Barat 2025

Eszkil dan Amata Selena Lindang resmi dinobatkan sebagai Kanda dan Dinda Duta Budaya Kubar 2025, dalam Grand Final yang digelar di Taman Budaya Sendawar.-(Disway Kaltim/ Eventius)-

Eszkil berencana untuk mengembangkan sejumlah program berbasis komunitas dan media digital sebagai bagian dari misinya ke depan. 

Ia ingin mengajak lebih banyak anak muda untuk merayakan budaya mereka, bukan sebagai kewajiban masa lalu, tetapi sebagai pilihan sadar yang membentuk masa depan.

Sementara itu, Amata Selena Lindang, yang terpilih sebagai Dinda Duta Budaya, membawa narasi yang tak kalah kritis. 

Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya reposisi peran perempuan dalam ruang budaya, yang selama ini masih sering dibingkai dalam posisi pasif atau simbolis.

BACA JUGA: Jalan Panjang Wajah Baru Duta Budaya Kukar 2025

“Saya melihat budaya bukan sebagai sesuatu yang statis dan diwariskan begitu saja. Ia hidup melalui siapa yang menyuarakannya. Dan saya percaya, perempuan terutama perempuan  harus punya ruang lebih luas untuk bicara soal budaya,” ujarnya.

Menurut Amata, banyak nilai budaya yang diwariskan secara lisan oleh para perempuan ibu, nenek, dan perempuan adat lainnya tetapi suara mereka sering luput dari pembacaan sejarah dan dokumentasi resmi. 

Sebagai Dinda, ia ingin memastikan bahwa narasi perempuan mendapat tempat yang setara dalam gerakan pelestarian budaya.

“Saya ingin ajak teman-teman perempuan muda untuk tidak hanya tampil dalam busana adat, tapi juga bicara tentang makna di baliknya. Kita harus menulis ulang narasi budaya dari dalam, dengan pengalaman dan perspektif kita sendiri,” kata Amata.

BACA JUGA: Pemilihan Duta Genre Kabupaten Paser 2025 Rampung, Berikut Daftar Pemenangnya

Ia menyampaikan bahwa peran duta budaya hari ini menuntut lebih dari sekadar penampilan. 

Duta, menurutnya, adalah pembawa gagasan. 

Karena itu, ia berkomitmen untuk menghadirkan budaya dalam ruang dialog yang terbuka, progresif, dan inklusif mulai dari sekolah, komunitas, hingga ruang digital.

“Saya tidak mau budaya hanya jadi dekorasi. Budaya adalah cara hidup. Dan tugas kita sekarang adalah merumuskan kembali cara hidup itu agar sesuai dengan tantangan zaman kita,” ungkapnya.

BACA JUGA: 6 Tahun Vakum, Pemilihan Duta Baca Kaltim Dibuka Lagi

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: