Kerajinan Tangan Ibu Papang jadi Magnet Pengunjung di PEDA KTNA XI Kaltim
Ibu Papang, perajin asal Kutai Barat, tengah merajut mahkota adat Dayak Benuaq di stand kerajinan tangan PEDA KTNA XI Kaltim.-eventius/disway kaltim-
KUBAR, NOMORSATUKALTIM - Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (PEDA KTNA) XI Kaltim 2025 yang digelar di Kutai Barat menjadi berkah pagi pengrajin kerajinan tangan lokal.
Salah satunya stand kerajinan tangan khas Dayak milik Ibu Papang.
Dengan semangat dan senyum hangat, Ibu Papang memperlihatkan hasil karyanya yang berjejer rapi di atas meja merah dan hijau.
Mahkota manik-manik warna-warni, gelang, kalung, rompi adat bermotif khas Kalimantan, hingga topi manik berhiaskan taring palsu dan tenunan tangan, semuanya buah kreativitas dan ketekunannya dalam melestarikan budaya leluhur.
BACA JUGA:Kutai Barat Masuk 5 Kabupaten Terburuk Kelola Sampah se-Kaltim, Begini Respons DLH
BACA JUGA:Gaji Korban PHK Tiga Perusahaan Tambang Batu Bara Kubar Sudah Dibayar, Tinggal Pesangon
“Semua hasil ini murni buatan tangan saya dan keluarga. Kami buat satu per satu dengan sabar, dari menyusun manik, merajut, sampai merangkai ornamen. Tidak ada yang instan,” ujar Ibu Papang saat ditemui di lokasi, Rabu 25 Juni 2025.
Kerajinan tangan yang ia hasilkan bukan hanya soal seni, tapi juga soal identitas.
Setiap motif dan warna memiliki makna mendalam. Seperti lambang keharmonisan hidup dengan alam, keberanian, dan kebijaksanaan.
Produk yang dipamerkannya pun tidak hanya dilirik. Tapi juga diburu oleh para pengunjung dari berbagai kabupaten dan kota se-Kaltim yang menghadiri PEDA KTNA XI.
“Setiap hari selalu ramai. Banyak yang datang, menanyakan makna motif, bahkan langsung membeli beberapa buah sekaligus untuk oleh-oleh,” ungkapnya.
BACA JUGA:Warga Intu Lingau Gelar Aksi di DPRD Kubar, Tuntut Pengembalian Tanah hingga Realisasi Plasma Sawit
Meski tidak menyebut secara rinci jumlah pendapatan yang diraih, perempuan paruh baya itu mengaku sangat puas. PEDA KTNA XI menjadi berkah baginya dan keluarga.
"Saya senang karena banyak orang yang akhirnya tahu dan menghargai karya kami,” tuturnya sambil tetap merajut topi adat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
