Bankaltimtara

Meski Digitalisasi Meningkat, BI Balikpapan Catat Lonjakan Uang Tunai saat Nataru 2025/2026

Meski Digitalisasi Meningkat, BI Balikpapan Catat Lonjakan Uang Tunai saat Nataru 2025/2026

Petugas Bank Indonesia (BI) melayani penukaran uang rupiah menjelang Natal dan Tahun Baru 2025-2026 di Balikpapan.-(Ist./ Dok. KPwBI Balikpapan)-

Di sisi lain, data aliran uang menunjukkan dinamika yang menarik. 

Pada 2025, outflow atau aliran uang keluar dari kas KPwBI Balikpapan diprakirakan mencapai Rp7,92 triliun, turun 14 persen secara tahunan. 

BACA JUGA: Menunggu Rekap Akhir Tahun, Pemkot Balikpapan Optimistis Target Investasi 2025 Masih Bisa Tercapai

BACA JUGA: Mercure Kini Hadir di Berau, Sektor Perhotelan Diyakini Menggeliat

Sementara inflow atau aliran uang masuk diperkirakan sebesar Rp3,5 triliun, turun 18 persen dibandingkan 2024.

Robi menjelaskan, penurunan ini mencerminkan perubahan perilaku masyarakat yang semakin terbiasa menggunakan instrumen pembayaran digital, khususnya QRIS.

"Penggunaan transaksi non-tunai terus meningkat dan ini berdampak pada perputaran uang kartal. Namun, pada momen HBKN, kebutuhan uang fisik tetap naik karena sifat transaksinya yang khas," ujarnya.

BI menilai kondisi ini sebagai sinyal penting bagi perumusan kebijakan sistem pembayaran ke depan, yakni digitalisasi harus berjalan seiring dengan kesiapan uang kartal, bukan saling menggantikan secara ekstrem.

BACA JUGA: Pemkab Kutim Sidak Pasar: Harga Cabai Fluktuatif, Beras Stabil Jelang Nataru

BACA JUGA: Penumpang Melonjak hingga 1.000 Orang Per Hari, Bandara Kalimarau Siaga Penuh Hadapi Nataru

Selain menjaga pasokan uang tunai, BI Balikpapan juga terus mendorong kampanye Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBP) melalui edukasi publik agar masyarakat tidak hanya menggunakan Rupiah, tetapi juga memahami nilai dan fungsinya secara bijak.

"Stabilitas ekonomi bukan hanya soal angka, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap sistem pembayaran," tutur Robi.

Peningkatan kebutuhan uang tunai pada Nataru ini, menurutnya, menjadi cermin struktur ekonomi lokal yang masih bertumpu pada konsumsi domestik.

Ia menyebut bahwa tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara efisiensi digital dan inklusivitas ekonomi masyarakat yang masih membutuhkan uang fisik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: