Lonjakan Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak, Kementerian PPPA Soroti 5 Faktor Pemicu
Menteri PPPA, Arifah Choiri Fauzi saat berinteraksi bersama anak-anak sekolah dasar di Taman Bekapai Balikpapan, Jumat (29/8/2025).-Chandra-Disway Kaltim
Sebagai salah satu langkah intervensi, kementerian mendorong pengaktifan kembali permainan tradisional sebagai alternatif kegiatan anak.
Permainan tersebut dinilai mampu menanamkan nilai kebersamaan, disiplin, dan saling menghargai.
BACA JUGA : Driver Ojol Samarinda Gelar Doa Bersama dan Bagikan Pita Hitam, Tanda Duka untuk Affan Kurniawan
Arifah juga menyerukan keterlibatan lintas sektor dari orang tua, tokoh masyarakat, hingga pemuda desa untuk menciptakan ruang aman dan inklusif bagi perempuan dan anak.
“Indonesia maju dan berkeadilan dimulai dari ruang yang terbuka bagi semua,” ujarnya.
Meski sejumlah solusi telah digulirkan, tantangan struktural seperti ketimpangan ekonomi dan minimnya akses terhadap layanan perlindungan masih menjadi pekerjaan rumah.
“Dalam hal ini pendekatan berbasis komunitas perlu diperkuat dengan kebijakan yang lebih tegas dan terukur,” tandasnya.
BACA JUGA : Bocah Tenggelam di Sungai Kelay Ditemukan 19 Kilometer dari Lokasi Awal
Sebelumnya, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (UPTD PPA DP3AKB) Balikpapan, Esti Santi Pratiwi, beberapa waktu lalu telah mengungkapkan tren kekerasan terhadap perempuan dan anak di Balikpapan yang meningkat setiap tahun.
Hingga November 2024, tercatat 208 kasus kekerasan dilaporkan, dengan mayoritas berupa kekerasan seksual.
"Pelaku sering kali berasal dari lingkungan terdekat korban," jelas Esti, pada 10 Desember 2024 lalu.
Sejak 2018, Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Sosial menyediakan bantuan bagi korban yang tidak tercakup BPJS. Dukungan ini meliputi pendampingan hukum, psikologis, hingga layanan medis gratis.
BACA JUGA : Akademisi Sebut DPR Gagal Respon Aspirasi Rakyat
“Pelayanan ini tidak memakan waktu lama, semuanya gratis untuk korban,” tambah Esti.
Terkait pemberitaan, Esti menyoroti pentingnya menjaga kerahasiaan identitas korban, khususnya anak-anak.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

