SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Jumlah Pengangguran di Kaltim mayoritas dihuni oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), karena banyak jurusan SMK yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar industri.
Berdasarkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada periode Februari tahun 2024, angka pengangguran terbula berada di angka 5,75 persen.
Dari total jumlah pengangguran tersebut, tingkat pengangguran tertinggi masih dipegang oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan persentase sebesar 10,31 persen, sementara yang terendah berada pada lulusan SD ke bawah sebesar 2,68 persen.
Hal ini tentunya cukup membingungkan, mengingat tujuan SMK adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi tinggi di bidangnya, mampu mandiri membuka usaha, mampu beradaptasi dengan cepat sesuai tuntutan teknologi, dan mampu berkompetisi.
BACA JUGA : Jelang PPDB 2024, Kapasitas Sekolah di Balikpapan Jomplang
Dari fenomena ini, Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Kaltim, Rusman Ya’qub melihat, tidak liniernya jurusan yang disiapkan di SMK dengan kebutuhan dunia indsutri modern.
Sehingga diperlukan adanya langkah yang tepat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, agar berani menutup jurusan-jurusan yang tidak menjadi komiditi dunia industri sekarang.
Kalau ini terus dilanjut maka, Kaltim akan terus mencetak banyak pengangguran.
"Jangan sampai kebutuhannya pasar yang seharusnya ke hulu, kita malah bergerak ke hilir," ucap Rusma Ya’qub pada saat podcast Parlementaria, baru-baru ini.
BACA JUGA : Samsun Tidak Sependapat Pemberian Izin Tambang untuk Ormas Keagamaan
Rusman melihat perlu adanya sinergisitas yang dimana seharusnya pemerintah mengajak dunia industri untuk masuk ke sekolah-sekolah untuk menjadi aksesor kepada keterampilan tertentu yang menjadi komiditi pasar industri.
"Bahkan menurut saya, kedepannya SMK di Kaltim harusnya jurusan-jurusan baru yang menjadi permintaan dari pasar industri," tegasnya.
Agar para siswa SMK ketika lulus, bisa terserap secara optimal di sektor-sektor industri yang sedang berkembang.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, para siswa yang masih dalam proses belajaranya, sudah ada peminatnya.
Upaya ini harus mendorong untuk memperbaiki situasi tingginya pengangguran yang didominasi oleh lulusan SMK.