Untuk waktu yang lama, aku berjuang dengan identitasku.
Seorang anak Palestina lahir di antar Israel. Seperti…apa Banyak teman-temanku menolak untuk mengucapkan kata “Israel” dan menyebut diri mereka hanya “Orang Palestina”. Tapi sejak umur 12 tahun, itu tidak masuk akal bagiku. Jadi aku memutuskan untuk menggabungkan keduanay dan menjadi “Orang Palestina-Orang Israel”
Aku pikir istilah ini merefleksikan diriku sebenarnya. Palestina pertama, Israel kedua.
Tapi setelah kejadian ini, aku mulai berfikir. Dan berfikir. Dan berfikir.
Dan kemudian pikiranku berubah menjadi sebuah kemarahan.
Aku tersadar bahwa jika Israel “diserbu” seperti itu lagi, kami munkgin tidak akan aman.
Bagi seorang teroris yang menginvasi Israel, semua warga sipil adalah target.
900 orang Israel tewas sejauh ini. Lebih dari 30 di antaranya adalah orang-orang Arab. Terbunuh oleh orang Arab lainnya.
Dan bahkan dua orang Thailand juga tewas.
Dan aku tidak ingin hidup di bawah pemerintahan Palestina. Dimana aku hanya punya satu rumah, meski pun aku bukan Yahudi: