Bankaltimtara

Kunci Transisi Menuju NZE 2060, 4 Pilar Ketahanan Energi Jadi Fondasi Utama

Kunci Transisi Menuju NZE 2060, 4 Pilar Ketahanan Energi Jadi Fondasi Utama

Dosen STT Migas Balikpapan, Andi Jumardi-Salsa/ Nomorsatukaltim-

BACA JUGA: Disway Awards 2025: Momentum Apresiasi Integritas dan Kredibilitas Serta Reputasi Brand Nasional

Dalam konteks transisi energi, sebut Andi, indikator ini erat kaitannya dengan penggunaan energi rendah emisi dan ramah lingkungan.

"Energi yang tahan secara nasional berarti juga energi yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Karena itu, transisi energi ke arah hijau menjadi bagian dari ketahanan energi jangka panjang," sambungnya.

Berdasarkan indeks ketahanan energi nasional, Andri menyebut nilai Indonesia saat ini berada di kisaran 6,77, tergolong kategori "tahan".

Namun, untuk mencapai tingkat "sangat tahan", diperlukan strategi yang konsisten dan terukur, terutama dalam penyediaan energi bersih dan pembangunan infrastruktur daerah.

BACA JUGA: Bappenas dan Pemprov Sepakat Dorong Hilirisasi dan Transisi Energi Bersih untuk Kaltim

Baginya, jalan menuju ketahanan energi nasional berada pada keberhasilan transisi energi.

"Jawaban untuk mencapai ketahanan energi adalah transisi energi yang terencana dan realistis. Tapi perlu diingat, transisi ini bukan sekadar mengganti energi fosil dengan terbarukan, melainkan membangun sistem energi yang mandiri dan berkeadilan," paparnya.

Andi juga menyoroti perubahan target nasional, di mana bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) yang semula ditetapkan sebesar 31 persen pada 2050, kini disesuaikan menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.

"Perubahan target ini mengikuti dinamika kesepakatan global seperti Paris Agreement 2015, yang menekankan pembatasan kenaikan suhu bumi di bawah 2 derajat celsius per tahun. Namun, yang perlu dikritisi adalah, apakah negara berkembang seperti Indonesia harus menanggung beban yang sama seperti negara maju?" ujarnya.

BACA JUGA: Transisi Energi di Kaltim Mandek, Ketergantungan pada Batu Bara Jadi Penghambat Utama

Menurut Andi, kebijakan global semacam ini belum sepenuhnya berkeadilan bagi negara berkembang yang masih membutuhkan energi untuk pertumbuhan ekonomi.

"Kita tetap harus berkomitmen pada NZE, tapi dengan kerangka nasional yang realistis dan berpihak pada kebutuhan domestik," tegasnya.

Lebih jauh, Andi merasa Kalimantan Timur sendiri merupakan provinsi paling potensial untuk menjadi prototipe transisi energi Indonesia, karena memiliki variasi sumber energi yang lengkap.

Ia pun memaparkan sejumlah data seperti potensi tenaga air sebesar 2.000 megawatt, tenaga angin 200 megawatt, tenaga surya 13.000 megawatt, serta biomassa dan biogas lebih dari 1.000 megawatt. Sementara potensi mini, mikro, dan makro hidro mencapai 3.000 megawatt.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: