Bankaltimtara

Pandangan Politisi hingga Pengamat atas Kemenangan Rudy-Seno: Samarinda jadi Medan Penentu Pilgub Kaltim

Pandangan Politisi hingga Pengamat atas Kemenangan Rudy-Seno: Samarinda jadi Medan Penentu Pilgub Kaltim

M Husni Fahruddin (kiri) dan Dr Saiful Bachtiar (kanan)-istimewa-

"Kerja politik tim Rudy-Seno di Kukar sangat cerdas, mampu menciptakan hasil yang tak terduga," tambahnya.

Fenomena ini mengungkapkan tantangan besar dalam dinamika politik lokal.

BACA JUGA : KPU Kota Samarinda Imbau Warga Tidak Terpengaruh Hasil Perhitungan Cepat

Dukungan tandem politik antara calon gubernur dan kepala daerah sering kali tidak berjalan sesuai harapan.

“Pilgub bukan hanya tentang mesin partai. Kerja keras di lapangan dan strategi efektif menjadi penentu utama,” jelas Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Kaltim.

Sementara itu, menurut pengamat politik Dr. Saiful Bachtiar, pasangan ini mampu memanfaatkan dukungan partai secara optimal dengan strategi yang efektif menjelang hari pencoblosan.

Misal di Kukar, berdasarkan hasil hitung cepat, Rudy-Seno mencetak kemenangan signifikan dengan perolehan suara 57,28%, jauh mengungguli Isran-Hadi yang hanya mendapatkan 41,72%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan prediksi awal yang memperkirakan Kukar menjadi basis suara besar bagi Isran-Hadi.

BACA JUGA : Bupati dan Wakil Bupati Mahulu Berkomitmen Selesaikan Pembangunan di Sektor Kebutuhan Dasar

“Rudy-Seno mampu mengubah prediksi lewat kerja mesin-mesin partai di lapangan yang rapi dan ini membalikkan situasi hanya dalam waktu singkat,” ujar Dr. Saiful.

Samarinda menjadi medan pertarungan paling krusial dalam Pilgub Kaltim.

Sebagai ibu kota provinsi dan pusat kekuatan politik, siapa pun yang unggul di Samarinda hampir pasti menjadi pemenang.

Secara politis, Rudy-Seno diprediksi menang tipis di Samarinda karena dukungan kuat dari Gerindra, partai pemenang Pemilu 2019 di Kaltim, serta pengaruh Wali Kota Andi Harun.

Namun, hasil akhir justru menunjukkan pasangan ini kalah tipis dengan selisih suara hanya 1-2%.

Sementara itu, Fenomena kurangnya efektifitas tandem politik antara pasangan calon gubernur dan kepala daerah menjadi sorotan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: