Bankaltimtara

Yayasan Panti Asuhan di Samarinda Bantah Tudingan Penganiayaan Balita, Sebut Sering Tantrum Tidak Terkontrol

Yayasan Panti Asuhan di Samarinda Bantah Tudingan Penganiayaan Balita, Sebut Sering Tantrum Tidak Terkontrol

Bendahara Yayasan Rumah Lansia dan Yatim Piatu FJDK Samarinda, Ayu-Mayang Sari/ Nomorsatukaltim-

BACA JUGA: Ekonom Unmul Inginkan Pemilihan Direksi Perusda yang Transparan

Namun, Ayu mengakui kelalaian yayasan yang tidak mengganti popok balita itu hingga membuat kulitnya lecet. Sebab, dengan keterbatasan jumlah pengasuh, menurut Ayu sulit untuk bisa memerhatikan semua penghuni yayasan.

"Karena dia terbiasa dipotongkan kuku oleh ibunya sendiri saat datang berkunjung. Ibunya yang lama tak datang menjenguk, akhirnya dia tidak mau dipotong kukunya sama orang lain. Sebenarnya kami tidak membiarkan. Untuk pampersnya yang penuh, hingga kulitnya lecet kami mohon maaf itu memang kekhilafan kami karena keterbatasan SDM untuk mengasuh," jelasnya.

Diakui Ayu, soal obat penyakit epilepsi itu, sempat diberikan oleh ibu kandungnya NA kepada mereka untuk rutin diminumkan sesuai jadwal.

Namun pengobatan itu terhenti akibat tidak ada lagi obat yang diantarkan. Ayu juga membantah terkait NA yang sempat menderita buang air kecil yang berdarah.

BACA JUGA: Aktivitas Kapal Pandu di Muara Muntai Ilir Dipastikan Ilegal, KSOP: Kami Bukan Penegak Hukum

Menurutnya, selama tinggal di panti, semua penghuni panti yang sakit akan segera mereka bawa ke dokter untuk segera mendapat perawatan. Untuk kondisi NA pada saat meninggalkan panti, memang tubuhnya sering panas.

"Namun hanya 4 botol obat itu yang diberikan pada bulan-bulan pertama NA baru datang dititipkan, sisanya tidak ada lagi," terang Ayu.

"Selama di panti tidak pernah terjadi kencing darah, karena anak pilek saja kami langsung bawa ke dokter. Apalagi ini sampai kencing darah. Kami menyanggah tuduhan itu. Tapi kami tidak tahu lagi jika pada saat diambil oleh ibunya lagi terjadi penyakit seperti itu. Yang pasti, pada saat meninggalkan panti tidak terjadi penyakit itu," sambung Ayu.

Dia juga membantah bahwa selama di panti, NA mendapat asuhan dari seorang pengasuh remaja laki-laki. Dirinya mengatakan, bahwa tugas mereka hanya membersihkan dan memberikan makanan.

BACA JUGA: UMKM Balikpapan Utara Siapkan Strategi Khusus untuk Pameran Nasional HUT Dekranas 2025

Sebab, panti asuhan merawat puluhan orang, maka tentu membutuhkan tenaga dan penanganan yang lebih ekstra. Para relawan yang ada pun bekerja dengan sistem yang sama rata, dengan jam yang tidak menentu.

"Tapi untuk pengasuhan anak-anak, kami semua yang asuh. Sebab, kami di sini relawan, semua tidak digaji dan bekerja suka rela yang pasti memiliki keterbatasan orang. Jadi kami mengasuh bersama. Jadi bukan satu orang menghandle satu anak untuk diasuh. Dan bagi siapa yang sedang senggang, maka akan menghandle bergantian. Jadi tidak ada jadwal khusus," kata dia.

Saat ini, yayasan memiliki 32 orang lansia dan 14 anak-anak yang menjadi penghuni panti. Ayu juga membantah terkait penempatan dalam satu kamar dihuni 14 anak-anak sekaligus.

"Kami mengurus banyak lansia juga. Ada 32 dan banyak yang stroke. Juga anak-anak yang ditempatkan, satu kamar ada Delapan orang, dan itu sudah termasuk NA. Dan kamarnya pun ber-AC, tidak pengap," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: