Profesor Termuda Unmul Ciptakan Suplemen yang Bisa Tingkatkan Hasil Perikanan

Profesor Termuda Unmul Ciptakan Suplemen yang Bisa Tingkatkan Hasil Perikanan

Potensi perikanan di Bumi Etam sangat besar. Baik perikanan air laut mau pun air tawar. Prospek usaha budidaya perikanan pun sangat menjanjikan. Untuk mendorong produk terbaik dari sektor ini, maka diperlukan industri pendukung. Di sinilah Esti Handayani Hardi mengambil peran.

Samarinda, DiswayKaltim.com - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Mulawarman (Unmul) ini menemukan formulasi khusus obat ikan alami dari tanaman lokal. Di antaranya adalah tanaman lempuyang, terung asam, dan temu kunci.

Suplemen ikan untuk budidaya ikan air tawar ini berfungsi sebagai antibacterial, imunitas, dan suplemen prebiotik. Ia menyebut dengan obat ikan alami ini akan menghasilkan produk ikan-ikan yang sehat. Sehingga aman dikonsumsi untuk masyarakat.

"Saya sudah mulai melakukan riset menggunakan 32 jenis tanaman sejak 2012. Sampai akhirnya, 3 jenis tanaman ini yang saya gunakan dan memulai produksi sejak 2018," terang Profesor termuda Unmul ini pada Disway Kaltim, baru-baru ini.

Suplemen tersebut terbagi dalam 4 produk. Di antaranya Bioimun, Biofeed, 3in 1 Bioimun dan Biostesi. Bioimun berfungsi sebagai antibacterial dan imostimulant untuk meningkatkan imunitas sehingga ikan lebih kebal terhadap penyakit, tahan terhadap perubahan kualitas air dan tidak mudah stress.

Sedangkan Biofeed berfungsi sebagai prebiotik yang dapat membantu  proses pencernaan pakan hingga 80 persen. Sehingga pertumbuhan ikan akan baik dan pakan yang diberikan bisa lebih efektif. Selain itu, Biofeed juga bisa memperbaiki kualitas air. Biofeed dapat menguraikan bahan organik dari sisa pakan dan feses sehingga kualitas air bisa lebih jernih.

Sementara, produk 3in1 Bioimun, Esti mengatakan fungsinya hampir sama dengan Bioimun. Hanya saja, produk ini lebih berfungsi sebagai adjuvant. 3in1 Bioimun yang dicampur dengan vaksin akan membuat kerja vaksin lebih cepat.  "biasanya ikan divaksin, antibodi nya akan terbentuk selama14 hari. Tapi dengan ini 7 hari pertama bisa terbentuk," jelas Dosen Program Studi Budidaya Perairan ini.

Sedangkan Biostesi berfungsi untuk anestesi pada ikan. Esti menyebut ia bisa memproduksi 1.000 botol per minggu. Untuk ke empat produk tersebut. Masing-masing produk dijual dengan harga Rp 2 ribu dalam kemasan 100 ml per botol.

Esti pun menjelaskan proses produksi yang dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Industri Unmul ini membutuhkan waku lebih kurang selama seminggu. Mulai dari proses pengeringan dalam oven, perendaman, hingga proses ekstraksi. "Teknologinya sederhana. Dan produk ini benar-benar aman karena menggunakan 100 persen bahan herbal," terangnya.

Selain untuk ikan budidaya air tawar, Esti menyebut produknya juga sudah diuji coba utuk ikan air laut. Terutama untuk ikan jenis bawal bintang dan kerapu. Bahkan ia pernah mengirimkan 500 botol produknya untuk pengadaan di Jawa Barat.

Tahun ini, pihaknya juga bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kaltim untuk pengadaan 2 ribu liter produk obat ikannya. Yang akan dibagikan ke seluruh peternak budidaya ikan di Kaltim.

Untuk membuktikan kualitas produknya, Esti juga menjual produk ikan Bioimun. Yakni ikan bumbu siap olah yang dikemas per 900 gram dengan harga jual Rp 38 ribu. Ikan ini menggunakan produk bioimun sehingga memiliki keunggulan tersendiri. Ikan bioimun memiliki struktur daging yang lebih tebal, tidak bau, dan tidak menyebabkan alergi.

"Saya kerjasama dengan petani ikannya di Loa Kulu yang sudah pakai produk Bioimun. Jadi saya mau share efek obatnya itu gak cuma ke ikannya tapi juga ke manusianya yang makan," tuturnya. 

Esti berharap kedepan usahanya bisa semakin besar. Hingga ke skala produksi pabrik. Ia menyebut, pihak universitas telah mendukungnya mengembangkan produk obat ikan herbal ini. Dengan memfasilitasi gedung yang akan dikembangkan menjadi bangunan pabrik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: