Kegiatan Hulu Migas Melambat, Lifting Diprediksi Semakin Tertekan 

Kegiatan Hulu Migas Melambat, Lifting Diprediksi Semakin Tertekan 

Rendahnya harga minyak sejak Februari 2020 yang dibarengi penyebaran virus COVID-19 mulai memengaruhi kegiatan hulu migas. Baik di operasional, pelaksanaan proyek maupun penyerapan gas. Jakarta, DiswayKaltim.com - Kegiatan hulu migas ke depannya disebut akan semakin tertekan dampak dua faktor tersebut. Hingga kuartal I tahun ini, capaian belum memenuhi target APBN. Kinerja lifting migas kuartal I 2020 kumulatif tercatat 1,749 juta barel setara minyak per hari (boepd). Setara 90,4 persen. Masih di bawah target APBN 1,946 juta barel setara minyak per hari. Capaian ini memang masih lebih tinggi dari target teknis dalam Work, Program and Budget (WP&B) 2020. Secara rinci, rata-rata lifting minyak bumi sebesar 701,6 ribu barel per hari (BOPD). Angka ini sekitar 92,9 persen dari target APBN sebesar 755 ribu BOPD. Untuk gas bumi, lifting-nya sebesar 5.866 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 87,9 persen dari target APBN sebesar 6.670 MMSCFD. “Ke depan, lifting migas akan semakin tertekan diakibatkan COVID-19 dan rendahnya harga minyak,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto ketika memaparkan kinerja SKK Migas Kuartal I 2020, di Jakarta, pekan lalu. Dwi menjelaskan, sangat berat mencapai lifting sesuai target APBN 2020. Target yang diberikan, kata dia, lebih tinggi dari kemampuan teknis lapangan-lapangan migas yang disepakati antara SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) saat pembahasan WP&B tahun 2020. Rata-rata lifting migas pada kuartal 1 2020 mencapai 101 persen, dibandingkan target WP&B yang sebesar 1,728 juta barel setara minyak per hari. “Artinya, kita berhasil melakukan langkah-langkah kreatif untuk meningkatkan produksi,” katanya. Sementara pada kegiatan operasional hulu migas, pencegahan penyebaran COVID-19 membuat transportasi material dan inspeksi kinerja peralatan/fasilitas lebih lama. Produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah karena pergerakan tenaga kerja yang terbatas. Selain itu, persetujuan pengurusan perizinan juga memakan waktu yang lebih lama. Akibat dari hal-hal tersebut di atas, semua kegiatan harus menyesuaikan kondisi yang dihadapi. Sebagian aktivitas operasional seperti planned shutdown, pengeboran, kerja ulang dan perawatan sumur mengalami penundaan. Proyek-proyek mengalami pelambatan dibanding sebelumnya. Contohnya, Proyek Marakes yang mundur dari September 2020 ke tahun 2021 karena pengadaan barang dan tenaga penunjang dari Italia oleh ENI terhambat. “Penyerapan gas oleh para pembeli juga berkurang akibat menurunnya permintaan,” kata Dwi. Mengatasi hambatan operasional dan kelancaran proyek, SKK Migas berkoordinasi dengan para gubernur di wilayah kerja KKKS, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM. Meminta bantuan agar mobilisasi pekerja hulu migas dapat tetap dilaksanakan, dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan COVID-19 dan keselamatan kerja. Dengan kondisi ini, rata-rata produksi minyak pada 2020 diperkirakan sebesar 725 BOPD dan gas bumi sebesar 5.727 MMSCFD. “Outlook gross revenue juga turun dari USD 32 miliar menjadi USD 19 miliar,” kata Dwi. Penurunan gross revenue, tambahnya, akibat kondisi harga minyak dan kebijakan perubahan paradigm. Bahwa sektor migas bukan lagi sebagai sumber pendapatan negara tetapi lebih sebagai penggerak ekonomi. “Hulu migas tidak lagi hanya berperan sebagai sumber penerimaan negara, namun telah menjadi penggerak ekonomi nasional dengan efek berantai di berbagai bidang seperti ekonomi, lapangan kerja, TKDN dan lainnya. Dengan terus bergeraknya industri hulu migas maka dapat menjadi urat nadi perekonomian nasional di tengah perlambatan aktivitas ekonomi”, kata Dwi. Di tengah penurunan industri nasional sebagai akibat perlambatan ekonomi akibat wabah COVID-19, insan hulu migas terus bekerja keras memberikan kontribusi yang terbaik agar target yang telah ditetapkan di tahun 2020 dapat tercapai. “Oleh karena itu, SKK Migas selalu berupaya keras untuk menjaga agar kegiatan operasional hulu migas dan pembangunan proyek-proyek hulu migas nasional tidak terhenti. Dapat dibayangkan jika operasional hulu migas dan proyek hulu migas berhenti, berapa dampak yang ditimbulkan di industri penunjang, ketenagakerjaan serta ekonomi daerah," pungkas Dwi. (sah/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: