Sudah Saatnya UMKM Gunakan QRIS; Transaksi Aman, Mudah Kelola Keuangan
Meita Sari Kusuma Owner Manika Kaltim. (Khajjar/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Era digitalisasi ekonomi saat ini mendorong masyarakat untuk melek teknologi. Terutama bagi para pelaku usaha. Mereka dituntut mengikuti perkembangan zaman agar tidak ketinggalan pasar. Salah satunya adalah dengan mengikuti model sistem pembayaran non tunai yang sedang berkembang saat ini. Yakni, Quick Response Indonesian Standard (QRIS). Banyak manfaat yang bisa diterima para pelaku usaha jika mendaftar sebagai merchant QRIS. Di antaranya adalah kemudahan dan keamanan bertransaksi. Manika Kaltim adalah salah satu UMKM yang sudah terdaftar sebagai merchant QRIS di Samarinda. Usaha aksesoris manik khas dayak milik Meita Sari Kusuma ini, sudah tergabung sebagai mitra QRIS sejak tiga bulan lalu. Meita mengaku, mengenal QRIS saat mengikuti pameran Akhir Pekan Digitalisasi, Edukasi dan UMKM Bersama Bank Indonesia (Akademi) pada 13-14 Desember 2019 di Atrium Big Mall Samarinda. "Awalnya saya enggak tahu (terkait QRIS, red). Terus didaftarin sama BI," kata Meita, Senin (9/3). Namun, diakui Meita, transaksi pengguna QRIS di tokonya masih sangat minim. Secara umum, pembeli di tokonya masih menggunakan pembayaran secara tunai. "Masih jarang sih kalau di sini, paling kalau pameran gitu, baru ramai yang pakai QRIS," ujarnya. Menurut Meita hal itu disebabkan segmentasi pasar yang berbeda. Pengguna QRIS biasanya adalah anak-anak muda yang sudah melek digital. Sementara, pelanggan tokonya, sebagian besar adalah ibu-ibu yang berbelanja kebutuhan aksesoris manik untuk dijual lagi. Di kesempatan sama, suami Meita Sari Kusuma, Padlian Arip juga mengaku demikian. Penggunaan QRIS pada UMKM di Samarinda masih minim. Pemilik usaha kerajinan kayu, Kayan Art Samarinda ini menyebut, hanya mereka berdua dari seluruh pedagang di Kompleks Pasar Pagi Samarinda yang sudah menggunakan QRIS. "Baru kami sih rasanya, saya lihat di lantai atas yang jual-jual baju itu, belum ada juga yang pakai QRIS," ujarnya. Menurut Padli, sosialisasi tentang QRIS masih belum masif. Terutama bagi masyarakat menengah ke bawah. Sehingga, masih banyak yang belum tahu bahkan ragu untuk mendaftar menjadi merchant QRIS. Padahal diakui Padli, banyak manfaat yang bisa didapat dengan menjadi merchant QRIS. Di antaranya adalah kemudahan dan keamanan bertransaksi. Bahkan Padli mengaku, lebih senang menerima pembayaran melalui QRIS ketimbang tunai. "Mudah. Karena uang langsung masuk rekening. Apalagi kalau dalam jumlah besar, langsung masuk ke rekening jadi lebih aman," tuturnya. Selain itu, pembayaran melalui QRIS juga tidak ada potongan apa pun. Sehingga sangat menguntungkan bagi merchant. "Tidak ada potongan seperti EDC. Masuk Rp 100 ribu, yang kita terima juga Rp 100 ribu," sambungnya. Selama menggunakan QRIS, Padli mengaku sudah melayani transaksi pembayaran dengan nominal mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 3,7 juta. Padli pun mengatakan, ia memang sudah lama ingin menyediakan pembayaran non tunai dalam bisnisnya. Awalnya ia ingin menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC). Namun masih mempertimbangkan biaya potongan yang harus ditanggung. Belum lagi ia harus menyediakan beberapa mesin EDC untuk masing-masing bank. Sehingga ketika ada QRIS, menjadi sebuah solusi baginya. Karena dengan QRIS hanya cukup menyediakan satu QR code yang bisa digunakan oleh seluruh aplikasi pembayaran. "Kita sih mikir, kalau untuk kemajuan kenapa tidak? Dengan adanya QRIS ini ya cukup membantu. Apalagi dilihatnya kan kayak keren lah gitu. Naik kelas lah kita," pungkasnya. DAFTARNYA MUDAH Cara pendaftaran QRIS untuk merchant pun tergolong mudah. Pertama, mengisi formulir pendaftaran dan menyiapkan dokumen yang dibutuhkan. Di antaranya koto KTP, rekening bank, foto dalam toko, dan foto selfie dengan KTP. Calon merchant juga diminta mengisi data jenis usaha. Mulai dari nama toko, e-mail dan nomor telepon aktif, alamat lengkap toko beserta kode pos. Terakhir, mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Data tersebut kemudian dikirim ke Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) terkait. Dan tunggu hasil verifikasi untuk mendapat kode QRIS. Setelah itu, lakukan tes transaksi. Dan terakhir cek settlement hasil transaksi. Asisten Manager Divisi Sistem Pembayaran Kpw BI Kaltim Gandang Dwi Haryo Sugiharto menyebut, masing-masing PJSP baik bank dan non bank memiliki service level agreement berbeda. Sehingga, lama proses pendaftaran sebagai mechant QRIS tidak bisa ditentukan. "Idealnya lima hari. Tapi kan PJSP punya kriteria sendiri-sendiri. Jadi ada yang dua minggu, atau bahkan sebulan," katanya, Senin (9/3). Gandang pun menjelaskan, kendala dalam proses pendaftaran QRIS juga terkadang datang dari calon merchant. Seperti dokumen yang tidak lengkap, foto yang kurang jelas, dan kekurangan lainnya. Untuk membantu mengatasi kendala tersebut, Gandang menyebut BI siap membantu calon merchant dalam proses pendaftaran. "Silakan datang saja ke BI, kita akan fasilitasi," terangnya. Sebagai salah satu mobile payment yang berkembang pesat saat ini, QRIS juga menjalin kerjasama dengan rumah ibadah di Samarinda. “Kenapa masuk ke situ? Di samping mudah, trennya memang seperi itu. Teknologi membawa hal-hal lebih transparan dan akuntabel,” kata Tutuk Setya Hadi Cahyono, Kepala Kpw BI Kaltim, beberapa waktu lalu. Tutuk menyebut, hal ini disambut antusias oleh masyarakat. Terutama para jamaah di tempat ibadah masing-masing. Keunggulan dengan penggunaan QRIS di tempat ibadah, selain memudahkan jamaah dalam memberikan zakat dan sedekah, donasi dari luar negeri juga bisa masuk. Tempat ibadah yang sudah bekerja sama dengan QRIS di antaranya adalah Masjid Shiratal Mustaqiem di Samarinda Seberang, Masjid Jami Al Ma’ruf, Buddhist Center dan Gereja Imanuel. BI berkomitmen untuk terus mensosialisasikan penggunaan QRIS lebih luas lagi. Tutuk mengimbau, bagi tempat ibadah yang membutuhkan QRIS, bisa menghubungi BI Kaltim. “Tanpa biaya apa pun. Kami siapkan QRIS-nya. Syaratnya hanya rekening, boleh dari bank apa saja,” sebut Tutuk. Tutuk pun menjamin keamanan penggunaan QRIS. Karena QRIS adalah hasil kerjasama BI dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Sebagai pelaku yang melakukan code respon. BI memfasilitasi sehingga terjadi interkonektivitas. “Kita mengadopsi teknologi yang sudah aman dan sudah masif digunakan di luar negeri. Jadi pasti aman,” tambah Tutuk. Kepala Divisi Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah BI Kaltim, Yudhistira juga menambahkan, yang menyelenggarakan QRIS, adalah semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang memiliki izin dari BI. “Jadi secara keamanan bisa kami jamin,” ungkapnya. Selain tempat ibadah, BI bersama dengan PJSP terkait akan memperluas penerapan QRIS di pasar tradisonal, universitas dan lokasi wisata. Penggunaan QRIS saat ini belum tersebar merata di seluruh wilayah Kaltim. Dari data yang dirilis Kantor Perwakilan (Kpw) BI Kaltim, per Januari 2020 baru ada 32.452 merchants QRIS. Sebanyak 11.377 merchants ada di Balikpapan, dan 9.761 merchants di Samarinda. BI mengatakan ada dua manfaat QRIS yang paling penting. Pertama, dengan menggunakan QRIS, pendapatan usaha akan tercatat di rekening koran perbankan. Sehingga dapat membantu pengajuan kredit jika membutuhkan modal usaha. Dan kedua, menghindari peredaran uang palsu (upal) di lapangan. (krv/eny)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: