Banyak Kendaraan Bermasalah Usai Mengisi Pertamax, Kandungan Air Dituding Jadi Salah Satu Penyebabnya

Banyak Kendaraan Bermasalah Usai Mengisi Pertamax, Kandungan Air Dituding Jadi Salah Satu Penyebabnya

Bagus Muliawan-Disway/ Gathan-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Beberapa waktu terakhir, keluhan mengenai kualitas bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax terus bermunculan.

Sejumlah pengendara mengaku mengalami penurunan performa kendaraan mereka usai mengisi bahan bakar tersebut.

Motor yang tiba-tiba mati, mobil yang tarikannya melemah, hingga mesin yang terasa brebet menjadi keluhan umum yang banyak dibagikan di media sosial maupun komunitas otomotif.

Salah satu pengguna yang mengalami kejadian serupa adalah Bagus Muliawan, direktur salah satu laboratorium lingkungan swasta di Samarinda.

BACA JUGA: Filter BBM Pengendara Mobil di Balikpapan Rusak Diduga Oplosan Pertamax, Begini Jawaban Pertamina

BACA JUGA: Terbongkar! Mafia Minyak di Pertamina Diduga Rugikan Negara Rp193,7 Triliun

Lulusan Sarjana Kimia Murni Universitas Mulawarman tahun 2013 ini pun ikut mempertanyakan ada apa dengan kualitas Pertamax belakangan ini.

“Saya juga mengalami masalah yang sama. Mobil saya usianya baru satu tahun dan rutin saya isi Pertamax. Tapi belakangan ini, saat distarter terasa brebet, nyendat-nyendat. Saya penasaran dan coba cek sendiri filter BBM-nya. Ternyata ada kandungan air di dalamnya,” ungkap Bagus Muliawan kepada Nomorsatukaltim, Sabtu (29/3/2025).

Menurut pria yang memiliki latar belakang riset di bidang biodiesel dan telah berkecimpung di dunia laboratorium lingkungan selama 13 tahun ini, seharusnya bahan bakar memiliki standar mutu yang ketat sebelum dipasarkan ke masyarakat.

Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) serta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) sejak tahun 2006, ada sekitar 23 parameter yang harus dipenuhi agar BBM layak digunakan.

BACA JUGA: Penimbun BBM Bersubsidi di Loa Kulu Ditangkap, Polisi Sita 645 Liter Pertalite

BACA JUGA: Miliki 10 Barcode, Pengetap BBM Subsidi di Balikpapan Ditangkap Polisi

“Setiap jenis BBM, termasuk Pertamax, memiliki spesifikasi tertentu untuk menjamin kualitasnya. Ada sekitar 23 parameter yang diuji di laboratorium. Sayangnya, kontrol kualitas ini sepertinya tidak sampai ke tangan konsumen. Padahal, masyarakat yang membeli Pertamax sudah mengeluarkan uang lebih dan seharusnya mendapatkan jaminan mutu yang lebih baik,” jelasnya.

Salah satu hal yang disoroti oleh Bagus adalah lemahnya pengawasan kualitas BBM di tingkat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Ia menduga bahwa kontrol kualitas Pertamina hanya dilakukan hingga terminal BBM, yakni tempat pencampuran aditif sebelum BBM didistribusikan ke berbagai SPBU.

Setelah sampai di SPBU, pengawasan terhadap kualitas bahan bakar cenderung longgar.

BACA JUGA: Ketahuan Angkut BBM Subsidi Secara Ilegal, Dua Warga Kutai Barat Ditahan

“Sejauh yang saya tahu, Pertamina hanya memeriksa kuantitas BBM di SPBU, memastikan apakah benar satu liter tetap satu liter. Tapi bagaimana dengan kualitasnya? Itu yang saya pertanyakan. Seharusnya ada pengecekan terhadap tangki BBM di setiap SPBU, karena banyak faktor yang bisa menyebabkan BBM tercampur air, mulai dari tangki di SPBU, truk pengangkut, hingga pipa penyalur,” katanya.

Kandungan Air dalam Pertamax, Dugaan atau Fakta?

Ketika ditanya bagaimana ia bisa mengetahui adanya kandungan air dalam Pertamax yang digunakannya, Bagus mengungkapkan bahwa ia melakukan pemeriksaan secara kasat mata dengan melihat kondisi filter BBM kendaraannya.

Meskipun belum dilakukan uji laboratorium yang lebih mendalam, indikasi kehadiran air dalam bahan bakar cukup terlihat jelas.

BACA JUGA: Pertamina Patra Niaga dan Pemda Tera Ulang SPBU di Samarinda dan Kukar, Begini Hasilnya!

BACA JUGA: Serikat Pekerja Mathilda Dukung Pemberantasan Korupsi di Pertamina

“Saya melihatnya secara kualitatif saja. Kalau mau diuji lebih lanjut, tentu butuh laboratorium yang lebih kompeten, seperti laboratorium ESDM atau Pertamina. Tapi secara kasat mata, kandungan airnya cukup terlihat,” katanya.

Bagus menegaskan bahwa masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jika memang terjadi penurunan kualitas Pertamax di banyak tempat, seharusnya ada investigasi lebih lanjut dari pihak berwenang, baik dari Pertamina maupun lembaga terkait lainnya.

Terakhir, ia menyampaikan bahwasanya konsumen pun berhak mendapatkan kejelasan mengenai kualitas bahan bakar yang mereka gunakan, terutama bagi mereka yang mempercayakan kendaraan mereka pada bahan bakar non-subsidi dengan harga lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: