Kasus DBD Kaltim Tembus 1.551 Orang, 7 Meninggal Dunia
Ilustrasi - Pengendalian nyamuk melalui proses pengasapan atau fogging.-(Freepik)-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Timur tercatat mencapai 1.551 orang dan tujuh di antaranya meninggal dunia.
Data ini diungkap oleh Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur(Kaltim), Jaya Mualimin saat ditemui wartawan di Samarinda.
"Kalau kasus DBD di Kaltim per minggu sekali kami evaluasi. Saat ini jumlah kasus baru per 100.000 penduduk sebesar 40,68, dan persentase kematian dari jumlah kasus sebanyak 0,46," kata Jaya, dikutip dari Antara, Selasa (20/2/2024).
Jaya mengatakan bahwa kasus DBD tertinggi terjadi di Kabupaten Berau dengan jumlah pasien positif DBD sebanyak 683 orang. Kutai Kartanegara berada di posisi kedua dengan 512 orang positif DBD.
BACA JUGA: Pesut Etam Tidak Boleh Jumawa Saat Berjumpa Persikabo 1973
Berikutnya, Kutai Barat dengan 218 orang positif, Paser dengan 200 orang positif dan empat kematian, Kutai Timur dengan 220 orang positif, serta Bontang dengan 86 orang positif dan satu kematian
"Samarinda ada 203 orang positif (DBD) dan satu kematian. Balikpapan dengan 84 orang positif, Penajam Paser Utara (PPU) dengan 167 orang positif dan satu kematian. Mahakam Ulu dengan empat orang positif," rincinya.
Ia menambahkan, tujuh orang yang meninggal akibat DBD di Kaltim adalah anak-anak.
Jaya mengimbau masyarakat Kaltim agar tetap waspada dan melakukan pencegahan dengan membersihkan lingkungan dari tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti yang menjadi penyebab DBD.
"Kami juga terus melakukan fogging, pemasangan abate, dan penyuluhan kepada masyarakat. Kami berharap kasus DBD di Kaltim bisa terus menurun dan tidak ada lagi kematian," tuturnya.
BACA JUGA: Asyik, Beli Mobil Hybrid Pajaknya Bakal Ditanggung Pemerintah
Pihaknya juga bekerja sama dengan Biofarma memfasilitasi vaksinasi DBD bagi 11.000 siswa berusia 6-12 tahun yang merupakan kelompok umur paling rentan terkena DBD dengan risiko kematian yang tinggi.
Menurutnya, Dinkes menggunakan vaksin terbaru, teknologi dari Takeda Jepang yang didistribusikan di Indonesia oleh Biofarma.
"Pemerintah sudah menganggarkan hampir Rp10 miliar untuk beli vaksin tahun lalu, dan tahun ini juga akan kita tingkatkan," ujar Jaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: