Alasan Jacksen F Tiago Rela Turun Gunung dan Terima Pinangan Borneo FC
Jacksen f tiago-ari/disway-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Jacksen Ferreira Tiago. Atau Jacksen F Tiago. Pria kelahiran Brazil, fasih berbahasa Jawa dan Indonesia, kenyang pengalaman sebagai pelatih yang melanglang buana di sejumlah kompetisi.
Medio 1994, Jacksen berlari di atas lapangan hijau. Kala dirinya masih memerkuat klub Petrokimia Putra. Klub pertamanya di Indonesia. Sebelumnya ia bermain untuk klub Rubro Social dari Brazil.
“Saya mengawali karir sebagai pemain di Pertokimia Putra dan mengakhiri karir saya sebagai pemain di sana juga. Klub yang sekarang tidak ada lagi,” kenang Jacksen di sore hari itu. Sambil mengenakan kaos hitam, duduk ia di pinggir lapangan, menyaksikan anak asuhnya bermain. Di skuad muda Borneo FC.
Catatannya sebagai pemain cukup mentereng. Usai memerkuat Petrokomia, ia direkrut PSM Makassa, lalu memerkuat Persebaya Surabaya pada musim 1996/1997 dan 1997/1998. Di musim 1996/1996, Jacksen berhasil membawa Persebaya Surabaya juara Liga Indonesia.
“Lebih banyak orang mengenal saya itu di Persebaya, karena saya berhasil membawa Pesebaya keluar sebagai juara Liga 1 Indonesia dan berhasil membawa pulang penghargaan top skor dengan catatan 26 gol dan pemain terbaik di musim 1996/1997,” urainya.
Berkat penampilan ciamiknya, Guangzhou Matsunichi kepincut dengan olahan bolanya hingga akhirnya merekrut Jacksen pada 1998. Tapi ia Cuma semusim bermain di Negeri Jiran, lalu dirinya kembali pulang kampung, ke Persebaya Surabaya. Sampai akhirnya pada 2001, Jacksen resmi menanggalkan profesinya sebagai pemain dan mencoba meniti di karir yang baru. Sebagai pelatih.
Assyabaab Surabaya merupakan tempat pertama ia melatih pada musim 2002-2003. Satu musim sebagai pelatih perdana, ia pun dikontrak oleh Persebaya Surabaya, klub yang membesarkan namanya. Selama dua musim yakni 2003-2005. Di sinilah titik karir kepelatihannya mulai membesarkan nama seorang Jacksen. Klub dengan supporter yang menjuluki diri mereka “Bonek” itu keluar sebagai juara pada musim 2003/2004. Namanya kian bersinar.
Ia dikontrak oleh yaitu Persipura Jayapura. Tidak sia-sia. Pelatih yang fans dengan klub Flamengo ini berhasil membawa Mutiara Hitam tiga kali juara Liga 1 Indonesia. Yakni di musim 2008/2009, 2009/2010 dan 2013/2014. Lewat tangan dinginnya, Persipura tidak hanya menjadi raksaka di dalam negeri.
Ia pernah membawa Opto Maniani cs ke semifinal Piala AFC musim 2013/2014. Persipura gagal melaju ke babak final Piala AFC setelah kalah agregat 2-10 dari tim asal Kuwait, Al-Qadsia. Jacksen pernah juga dipercaya menangani Timnas Indonesia pada tahun 2013.
“Saya juga sempat diberikan kepercayaan untuk memegang Timnas Indonesia di tahun 2013, saat Liga Indonesia terbagi menjadi 2,” katanya.
Lihat postingan ini di Instagram
Kini usianya sudah setengah abad lebih lima tahun. Manajamen klub Borneo FC kepincut memakai jasanya menjadi direktur akademi klub.
“Saya menyiapkan diri saya diumur 55 ini untuk di dunia pembinaan, karena saya menjadi pelatih di level tertinggi ini selama 21 tahun,” ulasnya.
Jacksen pun mengungkapan alasan kenapa ia ingin ‘turun gunung’ membina bibit-bibit muda. Sebab, ia merasa sudah cukup berkarir di dunia kepelatihan.
“Jujur itu bukan waktu yang sebentar dan menguras banyak tenaga dan waktu saya. Sudahnya saatnya saya lebih menikmati waktu bersama keluarga saya dan saya tetap ingin berada di dunia sepakbola yang lingkungannya jauh lebih tenang lagi,” ia menutup pembicaraan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: