Konflik di Laut Merah masih Jadi Sorotan Karena Dapat Pengaruhi Harga Minyak Mentah Dunia

Konflik di Laut Merah masih Jadi Sorotan Karena Dapat Pengaruhi Harga Minyak Mentah Dunia

Konflik di Laut Merah masih Jadi Sorotan Karena Dapat Pengaruhi Harga Minyak Mentah Dunia-(ist)-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Harga minyak mentah saat ini masih bertahan setelah mencatat kenaikan terbesar dalam lebih dari dua bulan terakhir. Konflik yang terjadi di Laut Merah berdampak pada gangguan pengiriman kini menjadi perhatian, setelah serangkaian serangan Houthi terhadap kapal-kapal di jalur itu.

 

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (26/12/2023), minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2024 naik 0,12% atau 0,09 poin menjadi US$73,65 per barel pada pukul 14.13 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Februari 2024 naik 0,25% atau 0,20 poin menjadi US$79,27 per barel pada pukul 14.12 WIB.

 

Harga acuan minyak AS, WTI, kini berada di sekitar US$74 per barel. Harga patokan minyak dunia, Brent, berada di atas US$79 per barel setelah menguat lebih dari 3% pekan lalu. Akibat konflik di Laut Merah, berbagai kapal terpaksa merubah rute setelah adanya serangkaian serangan. Pembentukan satuan tugas maritim multinasional pun dibentuk untuk melindungi kapal-kapal komersial.

 

Selisih harga antara dua kontrak terdekat Brent kini mencapai 18 sen per barel dalam pola harga jangka pendek yang bullish (backwardation), dibandingkan 16 sen per barel dalam struktur contango minggu lalu. Antara Natal dan Tahun Baru diperkirakan likuiditas akan menurun, dengan minat terbuka agregat gabungan di seluruh kontrak minyak utama bergerak lebih rendah sejak pertengahan Desember. Volatilitas tersirat minyak juga telah menurun dalam beberapa minggu terakhir.

 

Kenaikan harga minyak mentah berkontribusi pada penurunan kuartal, karena minyak masih merugi sekitar 8% sepanjang 2023. Pedagang juga khawatir pasokan minyak mentah mungkin akan melampaui permintaan pada 2024, meski ada janji pengurangan produksi lebih lanjut dari OPEC+. Negara Angola keluar dari OPEC pada 22 Desember di tengah sengketa kuota, dan anggota yang tersisa dengan cepat menegaskan kembali kesatuan kartel.

 

Sementara itu, raksasa kontainer, Maersk siap melanjutkan penggunaan rute Laut Merah yang terhubung ke Terusan Suez. Menurut analis S&P Global Market Intelligence, rantai pasokan energi akan menghadapi gejolak karena serangan di Laut Merah berdampak berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: