Sampai September, Fintech Akseleran Salurkan Pinjaman Hingga Rp 2,13 Triliun

Sampai September, Fintech Akseleran Salurkan Pinjaman Hingga Rp 2,13 Triliun

Co Founder & CEO Group Akseleran Ivan Nikolas Tambunan. -(Istimewa)-

nomorsatukaltim - Platform fintech Lending P2P Akseleran menyebut sudah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 2,13 triliun hingga September 2023. Bahkan kinerja Akseleran tumbuh hingga 6,5 persen dibandingkan periode yang sama di 2022.

Hal demikian disampaikan Co Founder & CEO Group Akseleran Ivan Nikolas Tambunan. "Sepanjang tahun ini perusahaan terus tumbuh secara konsisten dan berkesinambungan dari tiap kuartal," kata Ivan melalui pres rilisnya. Kondisi ini lanjutnya bisa dilihat melalui pencapaian selama tiga bulan terakhir. Yakni dari Juli hingga September 2023, nilai transaksi lebih dari Rp 691 miliar.

Ditambahkan Ivan, hingga saat ini, Group Akseleran sudah menyalurkan pinjaman usaha secara kumulatif sebesar Rp 8,73 triliun. Pinjaman itu disalurkan kepada sekitar lima ribu peminjam (borrower), yang dominan para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Penyaluran pinjaman ini juga didukung sekitar 200 ribu pemberi dana (lender). Baik itu perorangan yang terdaftar, maupun Bank-Bank Buku 4. Adapun kisaran penyaluran pinjaman mulai dari Rp 10 juta hingga Rp 2 miliar.

"Sejauh ini, sektor usaha terbesar yang kami fasilitasi untuk penyaluran pinjaman usaha produktif adalah sektor infrastruktur dan konstruksi," beber Ivan. Tidak hanya dua sektor itu. Masih ada sektor lainnya seperti energi (listrik, gas, air), pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengangkutan hingga pergudangan.
Sementara secara portofolio, sebanyak 98 persen lebih adalah pinjaman produktif khususnya UKM sedangkan sisanya sebesar 2 persen untuk sektor konsumtif. 

Ivan menerangkan pula kinerja Group Akseleran yang terus bertumbuh, membuatnya optimistis mencapai target penyaluran pinjaman hingga Rp 4 triliun di akhir tahun. Ditambah kualitas pinjaman kualitas pinjaman secara kumulatif berada di angka 0,04 persen dari total penyaluran pinjaman. Dirinya pun yakin tingkat NPL hingga akhir tahun tidak lebih dari satu persen.

"Untuk mempertahankan angka NPL tetap di bawah satu persen, kami selalu melakukan assessment pinjaman secara prudent (hati-hati), ini kunci utamanya," tegas Ivan.

Kehati-hatian yang dimaksud adalah melakukan penilaian terhadap cashflow borrower berdasarkan data keuangan borrower menggunakan machine learning tools. Lalu  melakukan validasi atas underlying pinjaman (invoice/po) secara detail. Termasuk juga mengontrol pembayaran dari payor atas invoice/po yang dijadikan underlying pinjaman, sehingga tidak digunakan untuk hal lain selain membayar pinjaman.

"Dan memeriksa credit history peminjam. Jadi kami make sure borrower punya kapasitas untuk membayar kewajibannya," pungkasnya. (boy)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: