Guru Inspiratif Menjadi Playmaker Yang Tangguh, Sebuah Refleksi Hari Lahirnya Pancasila

Guru Inspiratif Menjadi Playmaker Yang Tangguh, Sebuah Refleksi Hari Lahirnya Pancasila

Oleh: Ahmad Faizal, S. Pd - Staf pengajar SMP Yayasan Astra Agro Lestari   Dunia saat ini sedang melompat menuju masyarakat Society 5.0. Yaitu masyarakat yang berpusat pada manusia yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial. Melalui sistem yang sangat mengintegrasikan ruang maya (virtual space) dan ruang fisik (nyata). Sehingga pemerintah mencanangkan profil pelajar Pancasila. Yaitu pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, mandiri, inovatif, berkebhinekaan global, mampu hidup bergotong royong, serta mampu bernalar kritis. Tantangan utama yang muncul pasca pandemi adalah bagaimana caranya untuk bangkit di tengah-tengah adaptasi pasca pandemi. Seabrek perubahan dan pergeseran pada hampir semua sektor kehidupan termasuk dalam dunia Pendidikan. Kompleksitas yang dihadapi stakeholder pendidikan terkait dengan pencapaian skill dan kompetensi global saat ini, daya dukung lingkungan belajar dengan serbuan fenomena-fenomena di lingkungan nyata maupun maya, terutama fenomena kecanduan gadget serta perkembangan yang massive pada sektor teknologi dalam dunia Pendidikan/edtech, menjadi faktor yang sangat mempengaruhi untuk pengembangan potensi siswa. Guru sebagai pemain kunci dalam pendidikan harus cakap memerankan diri. Menjadi playmaker untuk mencetak gol menyukseskan tujuan pendidikan. Hal ni berhubungan erat dalam mencetak kualitas sumber daya manusia yang tolok ukur kebangkitan, kemajuan dan eksistensi bangsa Indonesia dimasa depan. Apa itu playmaker? Playmaker dalam sepak bola merupakan pemain yang memiliki kemampuan dalam mengontrol jalannya permainan. Pemain yang ditunjuk atau memiliki kemampuan sebagai playmaker akan banyak terlibat entah itu ketika proses bertahan maupun menyerang. Sepak bola modern menuntut pemain untuk memiliki kemampuan sebagai playmaker.  Ketika bertahan, playmaker dapat memposisikan dirinya secara tepat sehingga memudahkan tim menghadang serangan lawan. Ketika menyerang, playmaker akan cenderung banyak menguasai bola. Pemain yang berperan sebagai playmaker dituntut untuk memiliki visi, teknik, kontrol bola, kreativitas hingga akurasi operan yang mumpuni dan kemampuan “membaca” posisi kawan dan lawan. Guru Sebagai Playmaker Guru menjadi tiang utama penyangga dalam menyiapkan generasi tangguh dan cakap dalam mengantisipasi tantangan didepan. Menjadi sosok yang membekali dan merancang strategi agar siswa tidak kaget, minder, serta memiliki mental dan inisiatif yang kuat untuk menghadapi masa depan. Seperti salah satu kalimat di lagu Indonesia Raya: Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya. Tidak henti hentinya untuk belajar dan mengembangkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Menguatkan kemampuan berliterasi
Dunia saat ini adalah dunia algoritma, Algoritma digunakan untuk melakukan penghitungan, pemrosesan data, dan penalaran otomatis sehingga bisa dilakukan dengan baik dan benar secara berurutan. Sebagai cabang dari ilmu matematika pesan mbah Sujiwo Tedjo memandang “Matematika yang benar kan bukan hitung-hitungan. Matematika yang benar itu mengajarkan untuk belajar melihat pola dari segala sesuatu yang menurut orang semula nggak terpola”. Algoritma dalam literasi bak buku referensi serta kompas petualangan dalam membaca “permainan”.  Guru harus mampu dan jeli melihat perkembangan pola, gejala, stream dan tren yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan pada siswa. Baik ruang virtual maupun dunia nyata. karena dengan memahami hal tersebut memberikan wawasan bagi guru untuk menganalisis dan membuat sebuah umpan kunci atau assist terbaik Inovasi pembelajaran untuk penanganan dan menjadi problem solver tantangan siswa zaman sekarang. 2. Terampil berkomunikasi dengan siswa Seorang filsuf terkenal Ibnu Khaldun menuliskan dalam salah satu babnya  pada kitab termahsyurnya Muqaddimah: yang ditaklukkan pasti akan meniru yang menang. Terkadang mengapa sekarang ada label siswa didik susah diatur, ngeyel dan sebagainya. Mungkin karena gurunya belum memenangkan pertandingan/ menaklukkan siswa didik. Perlu dicatat membangun komunikasi yang intens dengan siswa, merupakan kunci dalam “memenangkan pertandingan”, dengan mereka. Kunci pertama adalah menjadi sosok teladan contoh yang baik. Karena ini sebagai bentuk keberhasilan komunikasi. Siswa akan selalu memperhatikan dan meneladani sikap dan perilaku guru baik baik dalam jaring komunikasi dunia nyata maupun jaring media sosial. Kunci kedua adalah pahami dan selami perasaan siswa. mereka tidak bisa bersikap/berkomunikasi dengan baik saat perasaannya tidak baik. Jika kita tidak lebih dulu peduli kepada perasaaan mereka, kesempatan kita untuk mengajaknya bekerja sama akan semakin sedikit. Membangun komunikasi yang efektif dengan siswa , menjadi kunci dalam mengarahkan pengembangan kompetensi mereka. 3. Berkomitmen menjadi coach calon juara Coaching merupakan seni memberdayakan seseorang sehingga orang tersebut dapat mengalami proses pembelajaran, pertumbuhan pribadi, dan perbaikan kinerja dengan kata lain Apa yang membuatnya melakukan apa yang seharusnya dilakukan, bukan yang ingin dilakukan. Guru harus memiliki kompetensi membangkitkan kecintaan siswa untuk belajar baik motivasi internal maupun eksternal, menjadi coach memberdayakan potensi dan cita-cita siswa. Hal - hal yang perlu dihadirkan dalam kegiatan coaching guru adalah  membangun kepercayaan/ikatan, mendengarkan secara aktif, mengklarifikasi problem yang sedang dihadapi, berupaya untuk menggali pokok masalah dengan penanganan yang tepat, dan memberikan feedback/umpan balik yang jitu. Mengambil peran sebagai playmaker menjadi tantangan tersendiri terlepas dari kegiatan rutinitas sehari hari, tidak hanya sekedar penggerak tapi juga memposisikan diri menjadi konduktor orchestra pertandingan yang bernama proses belajar mengajar. Guna mencetak target goal dari pemerintah yaitu pembelajaran yang dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: