Multiefek Industri Hulu Migas: Penggerak Ekonomi Kala Pandemi

Multiefek Industri Hulu Migas: Penggerak Ekonomi Kala Pandemi

Nomorsatukaltim.com - Sampai dengan September tahun ini, industri hulu migas telah menghasilkan penerimaan negara sebesar USD 9,53 miliar, atau setara Rp 133,4 triliun. Capaian ini melampaui target satu tahun yang ditetapkan sebesar USD 7,28 miliar atau setara Rp 103 triliun. Selain berupa penerimaan negara, sektor hulu migas juga memberikan dampak berganda (multiplier effect) terhadap perekonomian nasional dan daerah. Apa saja? Selama masa pandemi COVID-19, pengaruh kegiatan hulu migas tidak hanya bersifat teknis, semata. Operasional sektor migas telah turut serta menghidupkan usaha masyarakat di sekitar wilayah kerja. “Industri hulu migas merupakan salah satu sektor esensial yang ditetapkan pemerintah, sehingga tidak menghentikan kegiatan operasionalnya saat pandemi. Sehingga sektor usaha yang terkait langsung maupun tidak langsung tetap bisa berjalan,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers SKK Migas - Kinerja Hulu Migas Kuartal III - 2021, Selasa (19/10). Sektor yang tetap tumbuh adalah Komoditas Utama dan Penunjang Migas. Dari dua sektor diperkirakan terjadi perputaran uang senilai USD 6,058 miliar yang setara Rp 87 triliun dengan capaian TKDN 52 persen. Kemudian industri transportasi dengan nilai USD 470 juta (Rp 6,8 triliun) dengan kandungan TKDN mencapai 78 persen. Industri tenaga kerja USD 442,76 juta (Rp 6,4 triliun) dengan nilai TKDN sebesar 86 persen, industri perhotelan senilai USD 129,88 juta (Rp 1,8 triliun) dengan kandungan TKDN sebesar 92 persen. Pencapaian industri kesehatan, sebesar USD 20,446 juta (Rp 296,4 miliar) dengan TKDN 86 persen, disusul industri asuransi senilai USD 3,821 juta (Rp 55,4 miliar) dengan nilai TKDN sebesar 86 persen. “Sementara usaha menengah dan usaha kecil memiliki peranan aktif terhadap perputaran roda ekonomi sebesar 10,7 persen dengan nilai TKDN 100 persen,” kata Dwi Soetjipto. Secara keseluruhan, nilai kontribusi industri migas bagi sejumlah industri lain pada tahun 2020 sampai Semester III - 2021 mencapai USD 7,126 miliar atau setara dengan Rp 103,3 triliun. Terkait keberhasilan industri hulu migas menyetor penerimaan negara yang melampaui target satu tahun, Dwi Soetjipto mengatakan hal itu terdorong oleh efisiensi, dan kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP). Kenaikan juga ditopang harga gas dunia. “(Kenaikan) Ini sebagai dampak gas sebagai energi transisi. LNG masih meningkat pada kuartal pertama tahun ini," katanya. Harga minyak mentah Indonesia atau ICP pada September 2021 naik USD 4,40 menjadi USD 72,20 per barel, dari posisi Agustus di USD 67,80. Sedangkan minyak jenis Sumatera light crude (SLC) naik sebesar USD 4,26 menjadi USD 72,25. Kenaikan harga itu berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 192.K/HK.02/MEM.M/2021 tentang Penetapan Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan September 2021 yang diteken Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 4 Oktober 2021. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan harga minyak mentah utama di pasar internasional, antara lain penurunan pasokan minyak hingga 30 juta barel imbas berhentinya produksi kawasan Teluk Meksiko AS. Sebab lain ialah terganggunya pasokan minyak mentah dari Libya akibat unjuk rasa yang menutup terminal ekspor minyak. Juga proyeksi penurunan pasokan minyak tahun ini dari negara non-OPEC sebesar 0,15 juta barel per hari menjadi 63,85 juta barel per hari. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan, subsektor migas hingga saat ini masih berkontribusi besar sebagai pondasi ketahanan energi nasional dan salah satu sumber penerimaan negara. Komitmen  Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dalam kegiatan usaha hulu migas mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendukung industri dalam negeri dan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam situasi pandemi COVID-19. "Keberadaan kegiatan pada subsektor migas di Indonesia telah mampu menciptakan multiplier effect yang dapat membantu percepatan pemulihan ekonomi pasca pandemic Covid-19," ujar Arifin Tasrif pada acara Forum Kapasitas Nasional 2021, Kamis (21/10). Menurut Arifin, peningkatan investasi dan kegiatan usaha hulu migas memiliki peranan sangat penting dalam menumbuhkembangkan kapasitas nasional.

Pangsa Terbesar Kaltim

Berdasarkan Laporan Perkembangan Perekonomian (LPP) Kalimantan Timur pada triwulan II/ 2021, ekspor migas Kaltim tercatat senilai USD 268,76 juta.  Meski terkontraksi 2,80 persen (yoy), capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 77,38 persen (yoy). “Industri migas merupakan subsektor industri pengolahan Kaltim yang memiliki pangsa terbesar, yaitu mencapai 56,4 persen terhadap total PDRB industri pengolahan di Kaltim,” terang Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kaltim, Tutuk SH Cahyono, dalam keterangannya. Neraca perdagangan (migas dan nonmigas) Kaltim pada Triwulan II - 2021 tercatat surplus dan terus meningkat dibandingkan sebelumnya yang didorong oleh berlanjutnya kenaikan harga komoditas ekspor utama. Surplus neraca perdagangan Kaltim pada triwulan II 2021 tercatat sebesar USD 3,92 miliar, lebih tinggi dari sebelumnya sebesar USD 3,62 miliar. Nilai ekspor Kaltim pada Triwulan II - 2021 sebesar USD 4,88 miliar atau tumbuh 64,76% (yoy). Perbaikan tersebut utamanya didorong oleh peningkatan harga komoditas ekspor utama Kaltim yakni batu bara, CPO, dan migas. Migas memimpin pertumbuhan harga ketiga komoditas tersebut yakni sebesar 121,39 persen. Sementara batu bara 88,77 persen dan CPO 77,26 persen. Dalam kesempatan berbeda, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan investasi sektor hulu migas mempunyai porsi 24 persen dari total investasi nasional. Dari 185 sektor yang menunjang perekonomian nasional, setidaknya ada 73 sektor industri pendukung migas dan 45 sektor industri yang langsung sebagai pengguna. Sektor pendukung tersebut selama ini memasok barang dan jasa ke industri hulu migas. "Kalau kegiatan hulu migas bermasalah, sebetulnya bukan single player hulu migas yang bermasalah, tapi ada 73 sektor di belakangnya ikut bermasalah dan 45 sektor di depan bermasalah," katanya. Sektor pendukung industri hulu migas membentuk 55,99 persen PDB dan menyerap 61,53 persen tenaga kerja Indonesia. Sementara sektor pengguna membentuk 27,27 persen PDB dan menyerap 19,34 persen tenaga kerja. Komaidi menyampaikan juga tentang indikator makro ekonomi lainnya yang juga akan bergerak positif ketika investasi hulu migas naik. Ketika investasi hulu migas naik, GDP nasional naik, ekspor dan impor naik, neraca pembayaran menguat, penerimaan kuat, pajak meningkat, serta nilai tukar terapresiasi. “Bagi daerah, sektor ini jelas menambah kas mereka karena adanya kewajiban menunjuk perusahaan daerah untuk pengadaan barang/jasa senilai USD 1 juta,” ujarnya. Belum lagi efek lainnya melalui aturan Dana Bagi Hasil (DBH) Migas dan participating interest. Sektor hulu migas merupakan satu-satunya industri di Indonesia yang menerapkan kedua kebijakan tersebut untuk daerah penghasil migas. Kewajiban penunjukan pengusaha lokal untuk pengadaan barang/ jasa senilai USD 1 juta menggerakkan bisnis penyedia barang dan jasa lokal. “Sehingga membuka kesempatan lapangan usaha, penyerapan tenaga kerja. Belum lagi adanya kebijakan tanggung jawab sosial setiap KKKS di wilayah kerja,” jelasnya. Dalam kesempatan terpisah, Kepala SKK Migas Kalsul, Azhari Idris menjelaskan tidak hanya investasi migas skala jumbo yang bisa menggerakkan ekonomi daerah. KKKS yang memiliki lapangan dengan tingkat produksinya di bawah 5 ribu barrel per hari, juga punya peran penting dalam mendistribusikan ekonomi. “Banyak kota-kota kecil di Indonesia bisa hidup karena ada operasi hulu migas di sana. Pertamina misalnya, meskipun ada suatu lapangan minyak yang produksinya terbilang kecil, namun kehadirannya membantu perputaran ekonomi,” jelasnya dalam kesempatan terpisah. "Ada berapa banyak warung yang hidup dengan adanya pegawai Pertamina. Ada sekian banyak sekolah yang bisa terus beraktivitas, ada sekian banyak ekonomi masyarakat yang berkembang. Jadi tidak selamanya dilihat dari bisnis oriented atau profit oriented," imbuhnya. Kehadiran industri hulu migas tentunya tidak luput memberikan manfaat bagi sekitar. “Keberhasilan industri hulu migas adalah keberhasilan Indonesia”, tutupnya.

Dari Konsumsi Sampai Konstruksi

Di Kalimantan Timur, kontribusi keberadaan industri migas tidak hanya pada dana bagi hasil, namun juga ada dampak positif lainnya. Seperti peningkatan penyediaan lapangan kerja dan peluang usaha bagi pengusaha lokal. Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIMPI) Kalimantan Timur, Bakri Hadi mengakui, industri hulu migas menjadi penggerak utama bisnis di daerah ini. “Misalnya pekerjaan painting, building, jalan, konstruksi. Memang selama ini pengusaha lokal cenderung menjadi sub kontraktor karena enggak merasa PD (percaya diri),” kata Bakri Hadi, kepada Disway Kaltim, baru-baru ini. Menurutnya, para pengusaha lokal juga masuk sektor pengadaan peralatan pemadam kebakaran, rental equipment seperti mobil, sampai membangun kantor dan persiapan untuk sumur. “Memang itu mainan kita. Itu kita lakukan di pemerintahan, perusahaan perkebunan dan lain-lain," tukasnya. Ia meyakini hubungan kerjasama pengusaha lokal dengan KKKS atau SKK Migas bisa memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah. "Jadi teman-teman di HIPMI di awal 2022 kita semua sudah bisa menjadi rekanan SKK Migas maupun KKKS-nya," ujar Bakri, ketika menjadi narasumber Forum Diskusi Digitalisasi Ekonomi, Bagi Pelaku Usaha Tahun Anggaran 2021 yang digagas SKK Migas Kalsul, di Balikpapan, Jumat (8/10). Karena itu, HIPMI mendorong anggotanya melengkapi persyaratan untuk menjadi rekanan SKK Migas dan KKKS. "Saya pikir sama saja dengan industri 4.0 semua berbasis teknologi jadi pasti lebih mudah. Kita sudah bermain di portal, tinggal bagaimana nanti pembuktiannya," katanya. HIPMI mengajak pengusaha lokal saling bermitra untuk mengerjakan proyek migas yang bernilai besar. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim Puguh Harjanto menyatakan pemerintah daerah berkomitmen membantu para pengusaha agar dapat bersaing di industri migas. “Kami libatkan pengusaha lokal dalam beberapa workshop terkait pengembangan sektor migas, agar mereka lebih memahami,” ujarnya dihubungi, baru-baru ini. Menurutnya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor migas di Kaltim masih mendominasi. Namun demikian peran daerah di sektor migas masih kurang. Di sisi lain, potensi sektor migas yang bisa dimanfaatkan di Kaltim masih sangat besar. *RYN/ENY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: