Keseimbangan Emosional, Psikologikal, Spiritual Diri dan Lingkungan Alam
BERBICARA mengenai alam tidak akan pernah habis-habisnya. Karena pengertian akan alam bagi setiap pribadi yang pernah dekat, bekerja di dalam, bersinggungan dengan alam sangatlah luas dan multi penafsiran. Emosional, psikologi dan spriritual akan lebih seimbang.
Dalam arti luas dapat dikatakan dunia alam, dunia fisik, atau dunia materi yang mengacu kepada geologi dan kehidupan liar. Berbagai kehidupan jenis tanaman hidup dan hewan dan lainnya yang hidup di dalamnya, dan juga terdapat lingkungan yang terbentuk dari proses alami. Misalnya, pegunungan, laut, sungai, danau, rawa, hutan dll. Kondisi pandemi COVID-19 yang terjadi di Indonesia dari bulan Maret 2020 sampai saat ini yaitu bulan Agustus 2021 membuat segala lini atau elemen baik instansi negeri dan swasta dimana elemen manusialah sebagai pelakunya, mengharuskan untuk cepat beradaptasi dengan kondisi ini. Salah satunya yaitu mendekatkan diri dengan alam dan lingkungannya. Berbagai kegiatan sambil menikmati pemandangan yang indah dan menghirup energi positif dari alam bisa membuat pikiran kembali jernih, segar dan bersemangat kembali. Adapun kegiatan tersebut antara lain olahraga climbing (mendaki), trekking dengan jalan kaki ataupun bisa dengan bersepeda ke alam, hiking, rafting, kayak, memancing, panjat tebing, atupun bermeditasi di alam terbuka dll. Baca juga: Merdeka, Sebuah Kata yang Tak Nyata? Dalam masa pandemi COVID-19 ini menyebakan kondisi tekanan akan berefek menimbulkan tingkat stres yang dirasakan berbeda-beda oleh setiap individu. Dimana harus mengikuti berbagai kebijakan dari Pemerintah demi keberlangsungan hidup dan kegiatan ekonomi masyarakatnya. Seperti Pemberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali, PPKM Mikro, Penebalan PPKM Mikro, PPKM Darurat, dan sampai pada pemberlakukan PPKM Level 4, dimana awalnya diberlakukan kepada 45 Wilayah di Indonesia. Berbagai jenis kebijakan ini mengharuskan masyarakat untuk melakukan adaptasi terhadapnya. Bagi yang adaptif akan mudah mengikuti. Tetapi bagi yang kurang adaptif akan perlu waktu dalam prosesnya. Waktu adaptasi yang berbeda antara individu satu dengan yang lain karena bisa saja dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal. Seperti usia, jenis pendidikan, tingkat pendidikan, wilayah, budaya, tingkat pendapatan dll akan pula mempengaruhi kondisi emosional, psikologikal dan spiritual bagi setiap individu. Pribadi yang memiliki keseimbang baik emosional, psikologikal dan spiritualnya akan siap dalam keadaan apapun dan beradaptasi dengan kondisi bagaimanapun. Semua ini dapat terbentuk karena pengalaman dan latihan yang bisa dilakukan oleh setiap individu ketika menangkap problematika, berproses didalamnya dan menyelesikan kondisi tersebut. Sangat perlu adanya keseimbangan dalam hidup yang mengharuskan seseorang dengan bijak dan sadar untuk mampu membagi waktu dan tenaga untuk kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Ada waktu untuk bekerja dengan durasi yang telah ditetapkan tanpa melebihi ketentuan tersebut dan ada pula waktu untuk menyenangkan pribadinya seperti penghargaan untuk diri sendiri (self reward) dan penyembuhan diri (self healing) dengan makan makanan enak, melakukan hobi yang disenangi, tidur, atau pun berkegiatan di alam terbuka dll. Dengan kita melakukan berbagai kegiatan dilingkungan terbuka tersebut diharapkan dapat menyeimbangan kondisi emosional, psikologikal dan spiritual diri kita dimasa pandemi ini atau dimasa-masa yang akan datang. Dan jangan lupa untuk terus menjaga alam dan lingkungan sekitar untuk terus menerus dapat dinikmati anak cucu dan penerus kelak. * penulis adalah Dosen Politeknik Sinar Mas Berau CoalCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: