Mufakat Kanjeng Sinuhun (16): Persidangan
“Bagaimana dengan Sultan, kepala Pemangku Kota Ulin? Mungkin kita ajukan dulu,” tanya Khairul.
“Sultan harusnya setuju, programnya kan bisa berjalan. Bukannya yang paling penting itu kebutuhan masyarakat yang harus diutamakan?!,” jelas Usrif.
“Baik. Jadi bagaimana teknisnya?”—Khairul tampak masih ragu.
“Jadi begini, buat dulu rencana anggaran baru. Yang lama diubah. Nanti saya setujui. Sultan kan nanti tinggal tandatangan saja,” jawab Kanjeng Sinuhun.
Khairul mengangguk. Dia akan membahas dulu di internal timnya. Juga Britnita, ia akan segera melaporkan hasil rapat dadakan tersebut kepada Sesepuh Bidang Perencanaan Suryanata.
Setelah semuanya sepaham. Pertemuan itu pun selesai. Masing-masing pihak akan menindaklanjuti sesuai bidang dan kewenangannya. Namun, selama pertemuan itu, Sinuhun Ayass tidak banyak bicara. Hanya sesekali menimpali saja.
*****
Keesokan harinya, Mayang pergi keluar kota. Mengikuti seminar pertanian di Regional 2 Negeri Antahberantah. Ia berangkat seorang diri. Mayang memang dianggap ahli dalam bidang pertanian. Sekolahnya pun jurusan pertanian. Ia seorang insinyur pertanian. Jika ada seminar-seminar yang bersifat kajian dan hal-hal baru dalam bidang itu, sudah biasa Mayang lah yang ditunjuk untuk mengikuti kegiatan atau program baru itu.
Mayang pun belum membahas hasil pertemuan di ruangan Kanjeng Sinuhun dengan Khairul. Karena ia buru-buru pulang dan Khairul ada jadwal mendampingi Sultan untuk kegiatan olahraga off road.
Sore itu, Mayang merasa kelelahan. Badannya terasa berat untuk digerakkan. Kepalanya kunang-kunang. Subuh-subuh ia berangkat ke bandara. Naik pesawat hingga dua kali. Kemudian dilanjut dengan seminar marathon hingga sore. Ia pun mencoba memejamkan matanya, sore itu. Untung saja, hotel yang ia tempati cukup nyaman. Pemandangan sekitarnya pun indah. Berada di kawasan perbukitan.
Namun, Mayang belum mau buru-buru untuk menikmati kota wisata di Regional 2 itu. Masih ada pekerjaan rumah untuk membuat bahan presentasi besok pagi. Sore ini, ia coba istrahat sejenak. Rencananya habis Isya, baru akan menyiapkan bahan presentasi tersebut.
Bunyi telepon membangunkan tidurnya. Tak terasa sudah maghrib. Nama Khairul muncul di layar handphone-nya. Tertulis nama Bos 2—itu nama yang ia simpan untuk Khairul, sebagai atasannya di Bidang Pertanian. Ia pun menulis Bos 1 untuk nama Sultan, sebagai kepala Pemangku Kota.
“Hallo, iya pak?”…
“Dimana May?,”
“Masih diluar kota pak, ikut acara seminar pertanian”.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: