Mufakat Kanjeng Sinuhun (12): Justice Collabolator
Semua sinuhun yang hadir tampak sepaham. Hanya Mr S yang tak terlihat batang hidungnya. Memang sedari awal Mr S selalu memisahkan diri jika terkait pembahasan proyek perluasan lahan pertanian itu.
Setelah konsolidasi sekitar satu jam lamanya. Semua sinuhun yang hadir meninggalkan ruangan Kanjeng. Mereka menuju ke ruangan masing-masing dan sebagian kembali beraktivitas. Tinggal Sinuhun Usrif yang masih bertahan.
“Ucok ini, jika dibiarkan bisa berbahaya Kanjeng,” kata Usrif.
“Benar. Saya sudah memikirkan itu. Nanti saya akan coba konsultasi dengan Pak Waluyo. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya”.
“Iya, tapi kan dia sudah pensiun ini?!,” tanya Usrif. “Pekan lalu dia pensiun. Penggantinya mungkin dalam waktu dekat ini,” tambahnya.
“Iya, tapi walau begitu, kasus ini ditangani pada zaman Pak Waluyo, sejak awal. Dan saya yakin beliau masih ada pengaruhnya,” jelas Kanjeng.
Usrif mengangguk. Kemudian pamit meninggalkan ruangan. Langkahnya cepat menuruni tangga kemudian langsung menuju parkiran. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Kaum Hermes menahannya. Mereka mengerubungi Usrif. Ya..apa boleh buat. Seketika ia berpikir jawaban apa yang akan disampaikan ketika ditanya soal ocehan Ucok. Oh iya.. pokoknya jangan masuk ke materi yang sedang ramai itu.
“Bapak kemarin disebut namanya di persidangan, apa tanggapannya?,” kata Usman, pewarta yang biasa mangkal di Balai Sinuhun. Ketika itu, Henry Natan dan Abe tak terlihat di lokasi. Keduanya tengah sibuk mendalami kasus di Pengadilan Tinggi.
Usman adalah wartawan muda yang energik. Semengat dalam menggali isu-isu menarik. Apalagi soal politik. Usman bahkan sempat mengabadikan Sinuhun Usrif dari jauh ketika dipanggil penyidik Punggawa Militer Besar. Foto tersebut sempat diunggah di media progresif yang menaungi Usman. Usrif sempat protes atas foto itu. Baginya interpretasi masyarakat akan berbeda jika melihat foto tersebut. Padahal pemanggilan dirinya hanya sebagai saksi. Bukan tersangka.
“Begini dek, sepertinya Sinuhun Ucok itu punya dendam pribadi sama saya. Makanya dia menyudutkan saya dipersidangan. Ini murni soal balas dendam,” jelasnya. Sambil perlahan melangkahkan kakinya menuju parkiran.
Usrif merasa tidak nyaman. Ia harus segera pergi meninggalkan Kaum Hermes. Tapi harus dengan cara yang luwes. Tahu sendiri, jika Kaum Hermes tersinggung. Bisa-bisa ia jadi bahan objek pemberitaan negatif. Aksinya berhasil. Ia bisa menghindari pertanyaan menohok dengan pengalihan isu.
Kini tinggal Kanjeng Sinuhun. Ia juga terlihat menuruni tangga balai. Kerumunan berpindah. Kaum Hermes pun langsung mengerubunginya. Kanjeng Sinuhun sudah tahu. Ia tetap bersikap tenang. Tanpa menampilkan mimik yang khawatir atau pun marah.
Tanpa ditanya, Kanjeng Sinuhun menjelaskan bahwa dirinya sudah dipanggil beberapa kali oleh penyidik Punggawa Militer sebagai saksi. Dirinya sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibutuhkan. Kini, posisinya semua diserahkan kepada penyidik. Mereka yang menilai apakah dirinya bisa naik jadi tersangka atau tidak.
“Saya sudah bersikap terbuka dan bekerja sama. Kita hargai proses hukum. Biarkan penyidik bekerja. Jangan juga dianalisa dan distigmatisasi ini dan itu ya.. Begitu ya,” jelasnya, menutup pembicaraan. BERSAMBUNG- Baca selanjutanya; Gelombang Aksi. (ived18).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: