Pasar Respons Positif Omnibus Law, Tak Panik Meski Ada Penolakan

Pasar Respons Positif Omnibus Law, Tak Panik Meski Ada Penolakan

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Dunia bisnis dan ekonomi dipenuhi sentimen positif disahkannya UU Omnibus Law. Meski masih diadang penolakan melalui aksi demonstrasi di dalam negeri.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menuturkan, dampak hadirnya Omnibus Law memang akan dirasakan dalam jangka panjang. Sektor manufaktur mendapatkan manfaat dan berpeluang mendapatkan realokasi pabrik dari China ke negara Asia Tengara.

Hal ini positif karena kemudahan investasi bagi pemodal asing akan mengurangi ketergantungan foreign inflow ke dunia keuangan. UU ini juga melindungi buruh dari potensi kehilangan pekerjaan akibat usaha pindah ke luar negeri, tutup karena kalah bersaing, investor asing tidak masuk untuk berusaha di Indonesia.

“UU juga dipandang positif bagi berbagai sektor usaha, meningkatkan investasi dan konsumsi domestik,” katanya dalam paparannya yang diterima Disway Kaltim pada Ahad (11/10/2020).

Baca Juga: Omnibus Law Ciptaker Tak Otomatis Bangkitkan Perekenomian Indonesia

Aksi penolakan Omnibus Law walau berlangsung anarkis tidak membuat pelaku pasar panik. “Pasar saham tetap positif karena biasa demo berlangsung pendek dan tidak punya pengaruh besar pada perekonomian,” tandasnya.

Akan tetapi, di tengah pandemi COVID-19, yang dikhawatirkan aksi demo akan menyebabkan klaster baru penyebaran virus COVID-19. Pihaknya memperkirakan akan terjadi lonjakan kasus positif satu minggu setelah aksi unjuk rasa terjadi. 

Selain kedua sentimen yang akan memengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal lain yang perlu diperhatikan investor adalah pasar keuangan fluktuasi akibat naik turunnya kemajuan perundingan stimulus fiskal. Pasar sempat bereaksi negatif ketika Presiden AS Donald Trump membatalkan negosiasi pada awal pekan.

Tetapi, sesudah itu Trump memberikan dukungan stimulus terutama bantuan untuk maskapai penerbangan dan langkah-langkah stimulus lainnya. Namun Ketua DPR Nancy Pelosi menolak gagasan RUU mandiri untuk bantuan maskapai penerbangan tanpa kesepakatan stimulus yang lain. Saat ini ekonomi Amerika Serikat sangat membutuhkan stimulus fiskal menyusul perlambatan pemulihan ekonomi yang terjadi. 

Ketua DPR US Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin kembali gagal mencapai kesepakatan pada akhir pekan. Mnuchin mengajukan proposal baru pada Jumat sore.

Akan tetapi pembantu Pelosi mengatakan bahwa proposal tersebut tidak memiliki rencana luas dan rinci untuk mengatasi pandemi. Diperkirakan negosiasi paket stimulus fiskal untuk mengatasi COVID-19 akan terus berlanjut pada pekan ini. “Biarpun kecil peluang tercapai kesepakatan sebelum pemilu AS, tetapi kemajuan perundingan menjadi sentimen positif bagi pasar,” ucapnya.

Sentimen selanjutnya, pelaku pasar mulai mengantisipasi peluang kemungkinan kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden pada pemilihan 3 November 2020. Setelah debat yang brutal pada bulan lalu, berhasil menaikkan keunggulan Biden atas Trump dalam beberapa jajak pendapat nasional di Amerika Serikat. 

Kemenangan Biden dan Demokrat akan membuka peluang stimulus fiskal yang lebih besar. Sehingga mempercepat pemulihan ekonomi megatif tersebut. Kemenangan Biden diperkirakan akan membuat kebijakan ekonomi AS menjadi lebih pasti dan berbeda dengan Trump yang labil dan bisa berubah setiap saat tergantung mood. Hal ini juga berpeluang membuat dolar AS melemah dalam jangka panjang.

Kemudian, jajak pendapat CNN empat pekan jelang pemilu AS menunjukan Joe Biden unggul dalam jajak pendapat yang mereka lakukan. Hans Kwee mengatakan, prediksi Electoral College CNN mengestimasikan Biden bakal mampu melewati ambang batas 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilu mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: