Dampak Corona Terhadap Generasi Muda

ANGKATAN KERJA
Kelompok kedua dari generasi muda yang terkena dampak COVID-19 adalah mereka yang lulus pada saat krisis serta mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji rendah. Untuk yang pertama, anak muda yang lulus pada saat krisis akan lebih sulit mendapatkan pekerjaan. Hal ini akan memperlambat jalan mereka menuju kemandirian finansial.
Angka pengangguran di dunia selama krisis COVID-19 cenderung meningkat. Hal ini diperkuat oleh laporan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sebuah organisasi yang bergerak pada bidang kerja sama dan pembangunan ekonomi. Dalam laporannya, OECD menunjukkan bahwa anak muda (dengan usia 15-24) merupakan kelompok yang paling terpengaruh oleh peningkatan pengangguran antara Februari dan Maret.
Kartu pra-kerja yang digadang-gadang sebagai solusi bagi angkatan baru belum memberikan dampak positif. Seperti istilah jauh panggang dari api, efektivitas program kartu pra-kerja masih menjadi misteri untuk dibuktikan keampuhannya. Bahkan program tersebut sempat viral dan menjadi bahan candaan netizen di media sosial.
Selain mereka yang baru lulus, nasib nahas juga menimpa pekerja yang bergaji rendah. Kemiskinan mengintai mereka setiap saat. Mereka akan lebih mudah jatuh miskin. Karena bisa dipastikan hanya memiliki sedikit tabungan untuk digunakan saat krisis ini.
Terlebih lagi mereka yang umumnya bekerja di sektor-sektor yang paling parah terkena dampak krisis seperti bidang pariwisata, restoran, kafe ataupun industri pertunjukan. Di mana pada sektor tersebut para pemuda banyak menggantungkan hidupnya.
Tak ada solusi yang mudah untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh angkatan kerja baru ini. Tetapi yang pasti, mereka tidak boleh kehilangan harapan. Karena berusia muda di waktu yang berbahaya seperti kondisi krisis saat ini.
MENANGKAP PELUANG
Pandemi COVID-19 sangat berdampak terhadap penghasilan beberapa orang. Terutama para pelaku usaha menengah mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tak ayal, mereka harus menanggung rugi hingga menutup usaha. Karena kehilangan pelanggan. Lalu menderita kerugian. Akibatnya, mereka harus memutar otak untuk mencari sumber penghasilan alternatif.
Pilihan paling memungkinkan adalah mencari pekerjaan sampingan yang mungkin tidak terdampak krisis. Salah satu sektor yang bertumbuh selama masa krisis pandemi saat ini adalah sektor pertanian. Sektor ini selalu memberi angin segar bagi negara dalam kondisi krisis. Siapa sangka, sektor yang selama ini tidak dilirik bahkan ditinggalkan oleh anak muda menjadi oase di tengah krisis.
Bagi mereka yang ingin terjun dalam dunia bisnis, sektor pertanian, termasuk di dalamnya peternakan dan perikanan, dapat menjadi opsi bagi anak muda. Sektor ini terbukti andal dalam berbagai situasi.
Nilai tambah bagi anak muda adalah kreativitas yang mereka miliki serta menguasai teknologi informasi. Dengan begitu, upaya untuk mengembangkan pertanian Indonesia menjadi lebih modern segera terwujud. Sehingga konsep agropreneur tidak hanya menjadi jargon semata. Namun dapat mewujud melalui partisipasi para pemuda untuk terjun langsung. (*Alumni Tekhnik Sipil Universitas Hasanauddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: