Mengelola Perubahan

Mengelola Perubahan

MENGHADAPI PERUBAHAN

Tidak semua orang memiliki sikap sama dalam menghadapi perubahan. Tergantung cara pandang dan memahami perubahan. Namun yang paling penting: apa pun sikap yang ditunjukkan, perubahan tetap berjalan. Membangun mental pemenang sejak dini merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan perubahan. Sebagai contoh, pemberian pengetahuan kepada peserta didik harus diimbangi dengan pembekalan mentalitas dasar. Sehingga akan melahirkan generasi yang tangguh. Bukan hanya menjadi generasi wacana. Dukungan moril sangat diperlukan dalam setiap usaha melakukan perubahan. Secara umum, dalam menghadapi perubahan, kita akan menemukan beberapa sikap seperti menolak, menunggu dan menerima.

Sikap menolak terhadap perubahan biasanya dilakukan oleh individu yang berprasangka negatif terhadap perubahan dan mempunyai suatu pandangan bahwa perubahan hanya akan mendatangkan banyak kesulitan bagi dirinya. Bisa saja orang yang menolak perubahan ini memang tidak tahu untuk apa perubahan itu terjadi. Sehingga ia menunjukkan sikap dan perilaku untuk menolaknya. Hal ini wajar. Karena memang ia tidak mengerti tentang perubahan. Namun yang lebih parah lagi, ada sementara orang yang mengerti betul untuk apa perubahan itu, dan juga sadar bahwa perubahan itu akan menguntungkan banyak pihak. Tetapi karena berdasarkan kalkulasi dirinya, ternyata perubahan tersebut tidak menguntungkan secara pribadi. Maka yang dilakukannya adalah menolak perubahan tersebut. Penolakan terhadap perubahan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang terlanjur berada dalam zona nyaman. Mereka sudah membiasakan dengan pola kerja, sistem kerja, mentalitas dasar yang dirasakan menguntungkan bagi dirinya. Padahal sebenarnya itu semua sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Tetapi karena mereka tidak mau melepaskan diri dan keluar dari zona nyaman, maka mereka cenderung melakukan penolakan-penolakan terhadap perubahan.

Sikap menunggu ditunjukkan oleh mereka yang belum mempunyai kepastian tentang perubahan itu sendiri. Di satu sisi setuju dengan perubahan. Tetapi di lain sisi masih tetap mengkhawatirkan efek dari perubahan itu bagi dirinya. Maka sikap yang dikembangkan adalah lebih baik menunggu. Artinya, dalam menerima perubahan cenderung setengah hati dan akan berubah untuk hal-hal yang menguntungkannya.

Seseorang lebih cenderung kembali kepada masa lalunya apabila perubahan itu merugikannya. Sikap semacam ini lambat atau cepat pasti akan menuju ke suatu kutub tertentu. Apabila berjalan ke kutub masa lalunya, berarti ia akan menuju ke zona nyamannya lagi. Tentunya siap-siap untuk termarjinalkan oleh perubahan itu.

Sikap menerima perubahan biasanya dimiliki oleh pribadi-pribadi yang menyukai tantangan. Meskipun sebenarnya belum begitu yakin apakah perubahan itu akan menguntungkannya atau tidak. Tetapi karena seseorang memaknai perubahan sebagai perpindahan ke dunia baru, maka sesuatu yang baru itu diyakini sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Dalam dirinya bukanlah suatu ketakutan untuk menghadapi perubahan. Tetapi ia akan mengembangkan sikap mental optimis: perubahan pasti akan membawa pada keadaan yang lebih baik. Menerima perubahan sangat efektif apabila tidak dipicu oleh ada dan tidaknya reward atau punishment kepada dirinya. Tetapi benar-benar muncul dari sikap mental yang memang mendukung perubahan itu.

Apabila penerimaan perubahan hanya sebatas perilaku saja, maka hal itu hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Ketika kekuatan reward dan punishment tidak dirasakan lagi, maka seseorang akan kembali ke kehidupan lamanya. Tetapi apabila penerimaan itu karena dorongan sikap mental, maka hal itu akan menjadi suatu kebiasaan. Karena yang diubah seseorang bukan perilakunya. Melainkan paradigma dan pola pikirnya terhadap perubahan. Hal itulah yang akan menjadi dasar dan kekuatan seseorang untuk sadar mengubah perilakunya.

Dalam proses melakukan perubahan, John P. Kotter dalam bukunya Leading Change mengidentifikasi delapan langkah perubahan yang meliputi: create set of urgency (ciptakan suasana mendesak/membakar rasa nyaman), build guiding coalition (bentuklah koalisi dalam melakukan perubahan), form strategic vision and initiatives (membangun visi yang strategik dan inisiatif), enlist volunteer army (komunikasikan visi), enable action by removing barriers (dorong para pengikut agar bertindak sesuai dengan visi yang sudah ditulis dan dikomunikasikan), generate short term wins (raih kemenangan-kemenangan jangka pendek), sustain acceleration (jangan pernah berhenti dan terus lakukan konsolidasi), dan institute change (lembagakan pendekatan-pendekatan baru dan terapkan perubahan secara struktural dan berkelanjutan). Delapan langkah Kotter tersebut dapat dijadikan sebagai acuan seseorang agar dapat melakukan perubahan dengan sukses. (*Praktisi SDM dan Pemerhati Pendidikan Vokasi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: