Berkat Internet, Warga Limunjan Tak Lagi Bakar Lahan

Berkat Internet, Warga Limunjan Tak Lagi Bakar Lahan

Rahmad Putra Jaya (Telkomsel)

Balikpapan, nomporsatukaltim.com - Kebakaran hutan dan lahan menjadi salah satu masalah serius di Indonesia. Termasuk di Kalimantan Timur. Akibat ketidaktahuan warga akan larangan membakar hutan. Namun masyarakat Sei Buntu, Desa Limunjan, Kabupaten Nunukan, mau berubah haluan. Salah satunya karena jaringan internet. 

Mayoritas masyarakat Sei Buntu adalah petani pekebun. Mereka sudah mulai meninggalkan cara-cara lama sebagai peladang pindah. Yang dulu membuka ladang dengan cara dibakar. Selanjutnya jika sudah tidak produktif akan berpindah.     

“Namun perlahan mulai meninggalkan cara lama dan ikut berkebun sawit atau sayur mayur,” kata Ketua RT 21 Limunjan, Tarsan, belum lama ini. Perubahan itu juga dialami masyarakat RT 20 Sei Buntu yang tak lagi berladang pindah.

Amir, ketua RT setempat mengatakan, cara-cara pertanian modern sudah mulai diterapkan warganya sejak belasan tahun lalu. Selain karena adanya larangan dari pemerintah, juga masyarakat semakin sadar hukum.

“Masuknya listrik dan kemudian keberadaan internet semakin memudahkan kami menerima informasi,” kata Amir. Perbincangan itu terekam dalam kegiatan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) yang dilaksanakan Kodim 0902/Trd.

Dari internet, warga tidak hanya mendapatkan informasi cara mengolah lahan dan menanam sayur yang baik, namun juga larangan membakar lahan, dan sebagainya. “Sehingga, petani tidak melanggar hukum, lebih-lebih berurusan dengan aparat hukum,” kata Amir lagi. 

Soal jaringan di perbatasan, hingga semester I-2020, Telkomsel berhasil merealisasikan 300 lebih base transceiver station (BTS) di wilayah Kalimantan Timur. Dari jumlah BTS tersebut 30 di antaranya untuk menjangkau daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

Selain membangun BTS, operator merah putih ini juga berhasil menambah LTE baru sekitar 400 lebih. Di antaranya ada di Samarinda sebanyak 340 dan Balikpapan 90 LTE.

General Manager Network Operation & Quality Management Telkomsel Regional Kalimantan, Rahmad Putra Jaya mengungkapkan komitmennya menjangkau wilayah 3T. “Hal itu tentu untuk memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat, dan menggerakan ekonomi,” kata Rahmad Putra Jaya, saat dihubungi Jumat (21/8).

Ada tantangan tersendiri yang harus dihadapi mewujudkan di daerah 3T dan perbatasan. Pertama, transportasi untuk menjangkau wilayah. Mengingat untuk menuju wilayah sasaran harus melalui sungai dan jalan terjal.

Ia mencontohkan, untuk menuju Mahakam Ulu misalnya, harus melintasi sungai dengan waktu tempuh cukup panjang.

Kedua, listrik. Dari wilayah 3T yang dijangkau mayoritas belum memiliki listrik. Tercatat hampir 200 wilayah yang sudah menjangkau BTS Telkomsel belum memiliki listrik. “Jadi kami menggunakan genset selama 24 jam,” sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: