Pandangan Islam agar Hubungan Keluarga Harmonis: Keuangan Tertata, Keluarga Bahagia
Ilustrasi keluarga harmonis. -freepik-
SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Setiap pasangan rumah tangga pasti ingin menjalin hubungan yang positif, berkembang menjadi lebih baik, dan memiliki perasaan nyaman dan aman dalam berhubungan.
Selain harus pandai merawat hubungan agar bahagia sudi bertahan lama, salah satu cara agar hubungan makin harmonis adalah mengelola keuangan keluarga secara sehat.
Dalam buku Cerdas dan Bijak Mengatur Keuangan Rumah Tangga (2019; hlm. 20), Wahyuni menulis, sering kali, persoalan utama yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga bukanlah jumlah penghasilan, melainkan kebiasaan mengatur keuangan yang tidak seimbang.
Dikutip dari nu online, Al-Qur’an memiliki panduan bijak dalam mengelola keuangan, termasuk keuangan keluarga. Dalam Surat Al-Furqan ayat 67, Allah memberikan petunjuk yang sangat relevan dalam hal pengelolaan keuangan keluarga. Allah berfirman:
"Dan, orang-orang yang apabila berinfak tidak berlebihan dan tidak (pula) kikir. (Infak mereka) adalah pertengahan antara keduanya." (QS. Al-Furqan: 67)
Tips-Tips Mengelola Keuangan Keluarga
Mengatur keuangan keluarga itu seperti seni, butuh skill dan niat yang benar. Tidak cuma soal angka, tapi juga soal berkah. Nasihat para ulama, khususnya Imam Al-Ghazali, tentang manajemen finansial ini masih sangat relevan.
1. Niatkan Cari Rezeki untuk Ibadah
Nafkah yang suami cari itu bukan cuma buat beli barang, tapi juga ibadah. Niatkan dengan tulus untuk menafkahi keluarga, dan pastikan rezeki yang didapat tersebut halal.
Menurut Imam Al-Ghazali, orang bijak itu tidak cuma fokus ke keuntungan duniawi. Mereka tahu, modal utama dalam hidup adalah agama. Jadi, setiap tetes keringat yang suami keluarkan buat cari rezeki yang halal itu, sejatinya sedang menabung pahala di akhirat.
Fokus pada keberkahan, bukan cuma nominal. Hal tersebut sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya' 'Ulumuddin sebagai berikut,
"Ketahuilah, dalam usaha manusia mencari rezeki, berniaga, dan mencari penghidupan di alam dunia ini, tidak sepantasnya seseorang melupakan urusan agama dan kepentingan akhiratnya, serta tujuannya yang hakiki dalam hidup. Janganlah usaha mencari rezeki menjadikan seseorang lupa dengan kepentingan akhirat, sehingga terlena dengan keuntungan duniawi semata."
"Kemudian, menjadikan terpaku dengan urusan dunia, sehingga termasuk kelompok orang yang menggadaikan kehidupan akhirat demi menggapai kenikmatan duniawi yang semu. Namun, kebalikan dari itu, orang-orang yang shalih dan bijaksana adalah mereka yang selalu memelihara modal utama yang telah Allah Swt. berikan, yaitu tuntunan agama Islam, juga perkara-perkara yang berkaitan dengan kepentingan akhirat mereka.” (Imam al-Ghazali, Ihya' 'Ulumuddin, [Beirut, Darul Ma’rifah: tt], jilid. II, hlm. 83)
2. Prioritaskan Kebutuhan, Hindari Pemborosan
Para ulama mengajarkan kita untuk mengutamakan pengeluaran pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan, baik yang sifatnya pokok (dharuriyyat) maupun pelengkap (hajiyyat).
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
