Mari kita runut mulai awal tahun 2025.
Pertama; pemerintah menaikan pajak PPN 12 persen--kendati akhirnya direvisi diterapkan khusus barang-barang mewah; Memangkas anggaran pemerintah daerah; Memangkas anggaran bidang pendidikan--kampus-kampus negeri diminta cari uang sendiri; dan pemblokiran rekening.
Efisiensi anggaran itu akhirnya dijawab oleh pemerintah daerah. Mereka mulai menaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), karena itu salah satu yang menjadi kewenangan pemerintah kota/kabupaten.
Bahkan, informasi yang saya baca, tahun 2026 nanti pemerintah pusat mengurangi dana transfer ke daereh sebesar 25 persen bahkan lebih.
BACA JUGA: Beredar Chat Terakhir Fotografer Korban Tewas Pembakaran Gedung DPRD Makassar: Sesak Nafas, Ya Allah
Pemerintah daerah tentu perlu bersiap. Tak ada cara lain selain menaikkan pejak daerah. Untuk di kabupaten/kota pajak daerah yang bisa digenjot antara lain adalah PBB.
Maka munculah gejolak di Pati, Jawa Tengah. Warga Pati protes naiknya PBB hingga 300 persen.
Tidak hanya di pati. Kenaikan PBB terjadi di berbagai daerah di nusantara. Ini dirasakan masyarakat. Bukan hanya PBB, kenaikan dan pemangkasan sudah dimulai dari kebijakan pemerintah pusat.
Itu tentu akan berpengaruh pada gairah ekonomi masyarakat.
Beberapa ekonom dan akedemisi menyebut kelas menengah yang terdiri dari para pelaku usaha itu kian menyusut. Pastinya dibarengi dengan PHK karyawan.
ELITIS
Di sisi lain, pemerintah lebih fokus dengan konsolidasi elit politik. Seolah itulah jaminan satu-satunya dalam melakukan konsolidasi demokrasi.
Sepertinya lebih penting pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto dengan Megawati, ketimbang menumbuhkan kelas menengah dan UMKM.
Konsolidasi demokrasi elitis tanpa ditopang oleh konsolidasi kerakyatan maka justru akan memunculkan oligarki baru atau memperteguh oligarki lama.
BACA JUGA: Mensos: Presiden akan Mengunjungi Keluarga Korban Demonstrasi di Makassar
Lihat saja berita dan isu-isu politik belakangan ini begitu riuhnya. Bahkan, menyaingi film drama korea yang tengah digandrungi. Saling menuduh, menghujat, curiga mencurigai. Itu yang dipertontonkan.