Pasar Keramat Balikpapan: Dari Lapak Tepi Jalan hingga Jadi Ladang Ekonomi sekaligus Panggung Budaya Nusantara

Senin 05-05-2025,09:01 WIB
Reporter : Salsabila
Editor : Hariadi

BACA JUGA: Polemik Pemindahan Pasar Subuh: 4 Mei Mulai Relokasi, Baru 3 Orang Ambil Nomor Lapak Baru

Saat ini, lebih dari 200 UMKM terbagi dalam 4 blok dan aktif berjualan di lokasi tersebut.

Pasar ini hadir dalam dua format berbeda. 

Pasar Keramat diselenggarakan sebulan sekali, tepatnya setiap Sabtu pertama, dengan nuansa tematik dan pertunjukan budaya skala besar.

Sementara itu, Pasar Tumpah Pringgondani dibuka setiap Sabtu dan Minggu, serta hari libur nasional, dengan suasana lebih santai dan nuansa pedesaan khas nusantara.

BACA JUGA: Tahun Ini, 6 Ribu UMKM Tenggarong Seberang Disiapkan Masuk Pasar Modern

"Pasar Keramat pakai pakaian adat, tapi tidak terbatas pada Jawa. Kami menampilkan berbagai budaya dari Indonesia," ungkap Jumriah, yang menjual soto banjar dan bubur ayam dengan pakaian adat Minang.

Di setiap edisinya, pengelola juga menghadirkan tari-tarian tradisional dan pertunjukan kolosal dengan tema berbeda.

"Yang penting kita saling menghargai budaya masing-masing. Sekarang, banyak anak-anak yang datang dan jadi tahu nama suku-suku di Indonesia," harap Jumriah.

Ia mengungkapkan, pasar ini menjadi ruang aman dan gratis bagi pelaku UMKM. Mereka hanya diminta menyumbang biaya kebersihan dan meja lapak jualan.


Selain sajian kuliner, Pasar Keramat Balikpapan juga menyediakan spot foto dengan latar belakang unik sebagai kenang-kenangan.-(Disway Kaltim/ Salsa)-

BACA JUGA: Pasar Inpres Kebun Sayur Balikpapan, Surganya Buah Tangan Khas Kaltim

"Kalau ramai bisa sampai 500 pengunjung lebih. Ada dari Samarinda, IKN, Pontianak, bahkan Bontang," imbuhnya.

Konsep pasar tematik ini sejatinya telah lebih dulu muncul di Jawa. 

Salah satunya yang cukup dikenal adalah Pasar Papringan di Temanggung, Jawa Tengah, yang menggunakan bambu dan tanah kebun sebagai area jualan serta menerapkan larangan penggunaan kantong plastik.

Owner Pasar Keramat, Surata, yang juga perantau dari Jawa, terinspirasi dari konsep serupa.

Kategori :