Sultan Idris, Pahlawan Nasional Pertama dari Kaltim yang Perjuangannya Menembus Batas Wilayah
Sultan Aji Muhammad Idris-istimewa-
KUTAI KARTANEGARA, NOMORSATUKALTIM – Setiap peringatan Hari Pahlawan 10 November menjadi momen istimewa bagi masyarakat Kalimantan Timur.
Pada tanggal yang sama (10/11/2021), nama Sultan Aji Muhammad Idris resmi diabadikan sebagai Pahlawan Nasional pertama dari Kalimantan Timur, pengakuan negara atas perjuangannya yang melampaui batas wilayah kekuasaan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Sultan Aji Muhammad Idris dikenal sebagai sosok pemimpin yang tidak hanya memerintah dari singgasana, tetapi juga turun langsung ke medan perang.
Lahir pada tahun 1667 di Jembayan, sebuah daerah yang kini menjadi bagian dari Kutai Kartanegara, dia tumbuh di tengah kemegahan kerajaan, namun jiwanya tak pernah terpaut pada gemerlap singgasana.
BACA JUGA: Semangat Juang Dalam Darah Kutai, Sebuah Drama Kolosal di Pembukaan Erau 2025
Sejak muda, Aji Idris menunjukkan keteguhan hati yang jarang dimiliki seorang pewaris tahta.
Ketika dinobatkan menjadi Sultan ke-14 pada tahun 1735, ia mengambil nama Sultan Aji Muhammad Idris, sultan pertama yang menggunakan nama Islami di Tanah Kutai sebagai simbol keberanian menegakkan jati diri bangsa dan keyakinannya.
Kesadaran akan bahaya kolonial membuat Sultan Idris mengambil langkah berani. Seusai mempersunting cucunya La Maddukelleng sebagai permaisuri pada 1732, ia menjalin aliansi politik dan militer dengan La Maddukelleng, bangsawan Wajo dari Sulawesi Selatan.
Dari hubungan itu, terjalin tekad bersama untuk melawan dominasi VOC di berbagai wilayah nusantara.
BACA JUGA: Warisan Sejarah Sultan Idris Satukan Kukar dan Wajo untuk Kerjasama Pembangunan
Pada 1736 dan 1737, Sultan Idris memimpin langsung pasukan menyerang benteng VOC di Makassar, termasuk Fort Rotterdam.
Ia rela meninggalkan kenyamanan istana demi berjuang bersama rakyat Wajo. Perjuangannya menembus batas wilayah kerajaan, memperlihatkan jiwa kepahlawanan dan kebangsaan yang kuat di masa ketika semangat persatuan bangsa belum dikenal luas.
“Beliau sultan yang berani meninggalkan kekuasaan untuk melawan penjajahan. Ia juga dikenal sebagai pemikir besar yang menyatukan hukum Beraja Niti dan Panji Selatan,” tutur Raden Cokro Projo, Wakil Menteri Adat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Minggu 9 November 2025.
Menurutnya, pengakuan terhadap perjuangan Sultan Idris diperjuangkan lama oleh pihak kesultanan, akademisi, dan ahli sejarah dari Kalimantan Timur serta Wajo.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
