Rina Zainun, Pejuang dan Penyambung Lidah Anak Korban Kekerasan

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM — Di tengah hiruk pikuk peringatan Hari Pahlawan, ada sosok perempuan yang memilih berjuang di medan yang tak kalah berat. Melawan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Rina Zainun namanya. Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) Koordinator Wilayah Kalimantan Timur.

“Kalau pahlawan dulu memperjuangkan kemerdekaan, kami berjuang agar perempuan dan anak bisa hidup aman dan bahagia,” ujar Rina.

BACA JUGA:BI Kaltim Sebut Dana Pemda Mengendap Bersifat Sementara: Siklus Normal

Enam tahun lamanya ia berjibaku menghadapi kasus demi kasus kekerasan. Entah mengadvokasi, atau mendampingi mereka hingga mendapatkan hak-haknya.

Dari ratusan kasus yang ia tangani, ada satu yang masih terngiang di memorinya.

BACA JUGA:Maratua Music Festival 2025 Sukses Guncang Pulau Maratua

Kisah seorang anak perempuan lima tahun, yang menjadi korban kekerasan seksual. Bukan dari pihak lain, tapi oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya.

“Bukan hanya ayah kandung, tapi juga kakak, om, bahkan ibunya sendiri. Anak itu sempat bertanya, apakah seorang ibu tidak bisa melindungi anaknya? Saya menangis mendengarnya," kenang Rina.

Kasus itu kini telah diputus di pengadilan. Para pelaku dijatuhi hukuman. Sang anak kini suda hidup normal dan bersekolah di Samarinda.

Yang membuat dadanya sesak, luka batin anak tersebut, adalah pengingat abadi tentang rapuhnya peran keluarga.

Dalam perbincangan di sela peringatan Hari Pahlawan, Rina juga menyinggung nama-nama besar Pahlawan Pejuang Perempuan di era kemerdekaan Republik Indonesia.

Mulai dari, R.A. Kartini dan Cut Nyak Dien. Mereka, katanya, menjadi simbol perjuangan perempuan untuk kesetaraan dan keberanian.

“Tapi di masa sekarang, perjuangan itu bukan lagi di medan perang. Kita berjuang dengan tanggung jawab dan empati."

Sumber: