Ironi Masyarakat Miskin di Kutim, Rokok Lebih Penting Daripada Beras
Ilustrasi orang merokok-istimewa-
Berdasarkan Susenas, perokok dengan pendidikan terakhir SD ke bawah mencapai 32,15 persen. Sedangkan pada kelompok dengan pendidikan SMP ke atas hanya 28,09 persen.
Fenomena ini semakin ironis ketika dikaitkan dengan garis kemiskinan di Kutim yang per Maret 2024 berada di angka Rp753 ribu per kapita per bulan.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya Rp582.932.
Artinya, biaya hidup di Kutim memang relatif lebih mahal, tetapi masyarakat miskin masih mengalokasikan sebagian besar pengeluarannya untuk rokok.
Kondisi ini dinilai menjadi salah satu faktor yang memperberat beban ekonomi keluarga.
BACA JUGA:Punya Website Terpelihara, Sangatta Utara Wakili Kutim di Lomba PPID Kaltim 2025
BACA JUGA:Jadi Tolak Ukur Janji Politik Bupati, DPRD Kutim Minta OPD Konsisten Jalankan RPJMD
“BPS memang tidak menetapkan siapa yang miskin secara nama dan alamat. Namun, survei terhadap 640 rumah tangga di seluruh kecamatan memberi gambaran umum pola konsumsi masyarakat,” jelas Fatma.
Susenas 2024 mengambil sampel dari 64 blok sensus, masing-masing terdiri dari 10 rumah tangga.
Data yang dikumpulkan meliputi jenis konsumsi, jumlah pengeluaran, hingga karakteristik sosial ekonomi keluarga.
Dari survei tersebut, diketahui rata-rata pengeluaran masyarakat Kutim mencapai Rp2.163.799 per kapita per bulan.
Dari jumlah itu, Rp999.528 dialokasikan untuk kebutuhan makanan, sedangkan Rp1.164.271 untuk non-makanan.
Namun, proporsinya berbeda antar kelompok. Warga berpenghasilan terbawah lebih banyak membelanjakan untuk makanan sebesar 55,03 persen.
BACA JUGA:Pemkab Kutim Bersiap Melakukan Penyegaran, 10 Kepala Dinas Purna Tugas Akhir 2025
Sementara kelompok berpenghasilan teratas lebih dominan pada kebutuhan non-makanan hingga 62,60 persen.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

