Menyulap Sampah agar Bermanfaat dan Bernilai Jual
OLEH: SALMA HANIN ZAYYANA* Seiring berkembangnya zaman, pada era modern ini pertumbuhan ekonomi dan penduduk terus meningkat. Perkembangan ini juga menyebabkan peningkatan kebutuhan masyarakat yang mempengaruhi pola konsumsi. Di mana perubahan pola konsumsi masyarakat ini memiliki dampak pada peningkatan jumlah produksi sampah dan menyebabkan masalah baru. Sampah bukanlah sesuatu yang asing bagi manusia. Karena sejatinya, dalam menjalani hidup pun manusia selalu menghasilkan sampah. Hal ini disebabkan karena sampah adalah seluruh material sisa yang dihasilkan oleh manusia. Di mana keberadaannya sudah tidak diinginkan lagi atau secara sederhana sampah dapat diartikan sebagai benda tidak bernilai dan tidak digunakan. Saat ini kita dapat melihat penumpukan sampah di mana-mana. Khususnya di perkotaan yang padat penduduk. Sampah seringkali dinilai sebagai masalah lingkungan yang sepele bagi masyarakat. Padahal realitanya sampah akan menimbulkan dampak yang besar apabila terus menumpuk dan tidak dibarengi dengan pengelolaan yang baik. Penumpukan sampah bisa menjadi masalah utama. Karena sangat mempengaruhi kondisi lingkungan. Bahkan masalah sampah ini bisa semakin kompleks dalam memperparah kondisi lingkungan suatu negara dan menjalar ke masalah sosial dan ekonomi. Indonesia adalah salah satu negara yang kewalahan dalam mengatasi masalah penumpukan sampah ini. Karena tak kunjung menemukan bagaimana penyelesaiannya. Mengingat Indonesia tergolong negara yang memiliki penduduk terpadat keempat di dunia. Semakin banyak penduduk, maka makin banyak juga sampah yang dihasilkan. Penumpukan sampah merupakan suatu problema yang cukup sulit untuk dihadapi. Di mana dalam pengelolaannya juga banyak hal yang perlu diperhatikan. Tidak semua sampah dapat terurai dengan mudah dan tidak semua sampah dapat didaur ulang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menghasilkan sampah sebesar 66,5 juta ton pada 2018. Data tersebut menunjukkan angka yang fantastis dalam penumpukan sampah. Pengelolaan sampah yang tidak sesuai akan menyebabkan masalah baru: pencemaran pada permukaan tanah, air dan udara, yang tentunya akan mengganggu kehidupan manusia. Selain itu, timbul masalah kesehatan. Tumpukan sampah yang dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik akan menjadi tempat bersarangnya sumber penyakit seperti lalat, tikus, cacing dan serangga. Binatang-binatang tersebut sangat memungkinkan untuk menularkan penyakit seperti sakit perut, diare, disentri, typus, DBD, malaria, penyakit kulit, gangguan pernapasan, dan lain-lain. Apabila pengelolaan sampah dilakukan dengan baik, maka dampak buruk dari sampah akan berkurang secara perlahan. Pengelolaan sampah harus dilakukan sesuai dengan jenis sampahnya. Salah satu bentuk pengelolaan untuk sampah organik yang mudah terurai adalah dimanfaatkan menjadi pupuk organik yang tentunya ramah bagi lingkungan. Salah satu pupuk yang mudah dibuat adalah pupuk organik cair atau Mikro organisme Lokal (MOL). Pembuatannya sangatlah mudah. Anda bisa memanfaatkan sisa nasi yang tidak dimakan untuk membuat MOL ini. Sisa nasi dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat selama satu minggu sampai nasi terebut ditumbuhi jamur. Kemudian masukkan larutan air dan gula pasir atau gula merah yang sudah dihancurkan (perbandingannya 1,5 liter : lima sendok gula) ke dalam nasi yang sudah berjamur. Kemudian masukkan dalam botol dan tutup rapat sampai lima hari. Setelah itu cairan ini disaring dan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Memanfaatkan sampah organik ini sangat mudah. Karena bahan-bahannya sangat mudah didapat dan juga membawa keuntungan. Pupuk tersebut dapat digunakan sendiri ataupun dijual. Sedangkan dalam mengelola sampah non organik seperti botol plastik, sedotan, dan bungkus makanan, dapat didaur ulang dan dimanfaatkan sebagai barang baru yang memiliki unsur seni. Contohnya seperti membuat bunga dari sedotan plastik. Kemudian memanfaatkan bungkus makanan menjadi batang dan daun dari bunganya serta botol bekas sebagai vasnya. Selain memiliki unsur seni, barang ini juga memiliki nilai jual. Singkatnya kita bisa menyulap sampah menjadi barang yang memiliki nilai seni dan bahkan nilai jual. Terakhir, sampah yang tidak bisa terurai atau sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) harus dikubur. Sampah B3 ini menyebabkan pencemaran tanah berupa tertutupnya permukaan tanah dan dapat mengurangi kesuburan tanah tersebut. Maka, penguburan sampah dapat dilakukan di tanah yang sudah ditinggalkan, tanah/lubang bekas pertambangan, atau lubang yang terbentuk secara alami. Penguburan sampah ini menghindarkan kontak langsung antara sampah dengan lapisan atmosfer. Sehingga akan mengurangi pencemarah tanah. Inilah pentingnya kesadaran dan pengetahuan dalam pengelolaan sampah. Karena pengelolaan sampah yang baik akan memberikan dampak positif. Sebaliknya, apabila sampah tidak dikelola dengan baik, maka akan muncul dampak-dampak negatif. Masih banyak masyarakat yang kurang peduli dan sadar dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. Padahal kepedulian dan kesadaran mereka akan memberikan dampak yang baik bagi lingkungan yang mereka huni. Hal ini bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan dari masyarakat. Sehingga perlu diadakan penyuluhan secara rutin tentang pengelolaan sampah yang baik. Sosialisasi tentang bahaya sampah bagi masyarakat dan lingkungan juga perlu diberikan kepada masyarakat. Agar muncul kesadaran dan kepedulian untuk terus melakukan pengelolaan sampah dengan baik. Mengingat sampah akan terus bertambah dan permasalahan lingkungan di negeri kita tak kunjung usai. Tentunya dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat tidak terlepas dari keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan sampah yang baik. (*Mahasiswi Universitas Negeri Malang Jurusan Pendidikan Sosiologi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: