Jelang Nataru 2026, Kios Penyeimbang jadi Cara Menstabilkan Harga Sembako di Balikpapan
Salah satu pedagang sembako di Pasar Sepinggan Balikpapan. -Dok/Chandra/Disway Kaltim-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru (nataru) 2026, pergerakan harga sembako kembali menjadi perhatian utama.
Permintaan meningkat, distribusi lebih padat, dan pasokan bahan pokok harus dijaga agar tidak memicu lonjakan harga.
Pemkot Balikpapan memilih strategi yang berbeda tahun ini. Yaitu memaksimalkan fungsi kios penyeimbang sebagai referensi harga pasar dan penahan gejolak harga.
BACA JUGA:Sejumlah Sekolah Filial di Berau Siap Bertransformasi Jadi Sekolah Swasta
Kepala Dinas Perdagangan Balikpapan, Haemusri Umar, menyampaikan bahwa pola konsumsi masyarakat Balikpapan tidak sama dengan wilayah lain di Kalimantan.
Baginya, warga kota lebih sensitif terhadap ketersediaan barang daripada pergerakan harga. Selama stok aman, kecenderungan panic buying dapat ditekan.
"Masyarakat Balikpapan menilai ketersediaan barang lebih penting daripada harga. Kami mempersiapkan langkah antisipatif agar harga tidak melonjak selama Nataru," kata Haemusri saat ditemui belum lama ini.
BACA JUGA:UMK Balikpapan 2026 Belum Diputuskan, Disnaker Tunggu Formula Baru Pengupahan dari Pemerintah Pusat
Kios penyeimbang kini menjadi instrumen utama. Lokasi seperti toko penyeimbang Pasar Klandasan menyediakan komoditas pokok sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), sekaligus memberi pedagang rujukan harga yang dapat menahan spekulasi di pasar tradisional.
Dengan acuan harga yang jelas, ujar Haemusri, para pedagang tidak mudah menaikkan harga secara tiba-tiba ketika permintaan meningkat.
"Kios penyeimbang hadir sebagai acuan harga pasar. Masyarakat bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga wajar, dan pedagang menyesuaikan harga mereka," ucapnya.
Selain itu, pemerintah kota juga memperkuat koordinasi distribusi dengan Perumda dan produsen lokal. Adapun, kelancaran arus barang dari pemasok ke pasar dianggap menjadi penentu paling signifikan dalam menjaga stabilitas harga pangan.
Upaya stabilisasi itu, ungkapnya, berdampak langsung pada dinamika ekonomi rumah tangga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
