OJK Kaltim Soroti Suku Bunga Kredit Tinggi

OJK Kaltim Soroti Suku Bunga Kredit Tinggi

Kepala OJK Kaltim Made Yoga Sudharma. (Khajjar/Disway Kaltim) Samarinda, DiswayKaltim.com - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kaltim Made Yoga Sudharma menyoroti suku bunga kredit di Kaltim yang tinggi. Bahkan, melebihi rata-rata suku bunga kredit nasional. "Di Kaltim ini, 12 persen suku bunga kreditnya, melebihi rata-rata nasional yang 10 persen. Ini sebenarnya menjadi warning untuk perbankan di sini," ujarnya, Kamis (12/3). Made menyebut, tingginya suku bunga kredit menjadi tantangan bagi perbankan di Kaltim untuk menurunkan suku bunganya. Meski pun diakui Made, hal itu tidak bisa serta-merta dilakukan begitu saja oleh perbankan. Banyak hal yang harus diperhatikan. Dalam hal ini kemampuan dari perbankan di Kaltim untuk dapat menghimpun dana murah. Seperti tabungan dan giro. Dua hal ini, kata Made, perlu digarap oleh perbankan Kaltim. "Karena otomatis kalau dana simpanan masyarakat lebih banyak kepada komposisi dana murah. Otomatis lama kelamaan perbankan juga mampu menurunkan suku bunganya," terangnya. Semakin rendah suku bunga pada bank maka dana pinjaman yang bisa disalurkan akan lebih kompetitif. Sehingga usaha-usaha di Kaltim dapat memperoleh kredit bank dengan tingkat suku bunga yang murah. Terkait evaluasi suku bunga kredit perbankan di Kaltim yang tinggi, Made menyebut, OJK tidak bisa mengintervensi secara langsung. Karena pengenaan suku bunga kredit tergantung pada risk apetite  masing-masing perbankan. Umumnya, bank BUKU IV yang bisa menawarkan suku bunga yang lebih murah. Yakni bank yang memiliki modal inti minimal Rp 30 triliun. Seperti BRI, BNI, Mandiri, BCA, dan CIMB Niaga. "Karena pasti komposisi tabungan dan gironya itu jauh lebih besar dibandingkan komposisi depositonya. Jadi dia suku bunganya bisa murah," tambah Made. BI sendiri telah menurunkan suku bunga acuan 4,75 persen. Seharusnya ini menjadi preferensi perbankan di Kaltim untuk mengikuti standar suku bunga tersebut. "Yang OJK harapkan memang perbankan mau juga menurunkan tingkat suku bunganya," sebut Made. Ia pun menjelaskan, banyak faktor yang dipertimbangkan dalam pembebanan suku bunga kepada nasabah. Pertama adalah cost of fund, yakni biaya yang harus dikeluarkan bank untuk setiap rupiah dana yang dihimpunnya dari berbagai sumber sebelum dikurangi dengan likuiditas wajib. Kedua, premi risiko yang menyebabkan suku bunga masih tampak tinggi. Dan ketiga, adalah net interest margin (NIM) yang  merupakan ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman. "Untuk saat ini, yang kita harapkan, bank mau menurunkan setidaknya NIM-nya. Karena ini penting juga bagi bank," kata dia. Menurut Made, dengan suku bunga tinggi, bank akan sulit menyalurkan kredit. Karena saat ini, para debitur juga selektif dalam menggunakan dana pinjaman dari bank. Sehingga Made berharap, kedepan suku bunga kredit di Kaltim bisa turun. Minimal, tidak jauh berbeda dengan suku bunga kredit nasional. "10 persen itu good number buat kita," ujar Made. Ia pun berpesan, menurunkan suku bunga dan melakukan efisiensi adalah dua hal yg harus dilakukan perbankan di Kaltim.  Hal ini dilakukan supaya beban operasional turun dan dapat meningkatkan pendapatan operasional. Selain itu, dengan menurunkan suku bunga dapat meningkatkan volume pinjaman yang otomatis dapat meningkatkan pendapatan. "Dibandingkan suku bunga tinggi tapi loan-nya (pinjaman, red) tidak ada. Jadikan tidak ada penghasilan juga," pungkasnya. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: