Mempermudah Pengajuan Kredit, Cegah Peredaran Upal

Mempermudah Pengajuan Kredit, Cegah Peredaran Upal

Dua Manfaat Penting QRIS, BI Gencarkan Sosialisasi  Donasi Religi BI Kaltim menggunakan QRIS, di stan Kpw BI Kaltim saat Sosialisasi Pekan QRIS Nasional di GOR Sempaja, Samarinda (8/3). (Dian/Disway) Samarinda, DiswayKaltim.com - Penggunaan Quick Response Indonesian Standard (QRIS) belum tersebar merata di seluruh wilayah Kaltim. Dari data yang dirilis Kantor Perwakilan (Kpw) BI Kaltim, per Januari 2020 baru ada 32.452 merchants QRIS. Sebanyak 11.377 merchants ada di Balikpapan, dan 9.761 merchants di Samarinda. Khusus di Samarinda, penggunaan QRIS belum menyasar seluruh merchant. Terutama yang dimiliki oleh pemilik usaha menengah ke bawah. Jasa pembayaran non tunai melalui QRIS, kebanyakan baru tersedia di pusat perbelanjaan seperti mal. Hal itu disampaikan Asisten Manager Divisi Sistem Pembayaran Kpw BI Kaltim, Gandang Dwi Haryo Sugiharto. "Oleh karena itu, kita perbanyak sosialisasi di Pasar Pagi dan Citra Niaga untuk menyasar pedagang menengah ke bawah," katanya Minggu (8/3). Banyak manfaat yang akan didapatkan para pemilik merchant jika menggunakan metode pembayaran melalui QRIS. Namun, ada dua manfaat disebut Gandang yang paling penting. Pertama, dengan menggunakan QRIS, pendapatan usaha akan tercatat di rekening koran perbankan. Sehingga dapat membantu pengajuan kredit jika membutuhkan modal usaha. Dan kedua, menghindari peredaran uang palsu (upal) di lapangan. "Di Kaltim sebenarnya masih jarang terjadi peredaran uang palsu. Tapi tidak ada salahnya, mengurangi risiko itu," ujarnya. Dalam usaha memaksimalkan implementasi QRIS di wilayah Kaltim, Gandang menyebut, BI sedang fokus mensosialisasikan penggunaan QRIS di Kabupaten Berau. Terutama, di lokasi destinasi wisata Pulau Derawan dan Maratua. Ia menyebut, ada 75 pedagang dan 18 homestay dan resort yang disasar BI untuk menggunakan QRIS. "Kami sudah ada rencana untuk ke sana, dengan kapasitas BI sebagai mitra pemprov untuk mengembangkan pariwisata Berau," sebutnya. Dalam hal ini, BI menggandeng Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kaltimtara untuk berkoordinasi sebagai salah satu Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Namun Gandang tak menampik, masih ada beberapa kendala penerapan QRIS di Kaltim. Salah satunya, kendala teknis sinyal internet. "Kalau di daerah kan misalnya, sudah di-scan, tiba-tiba sinyalnya hilang," kata dia. Selain itu, sebagian masyarakat juga belum terlalu aware terhadap penggunaan QRIS. Bahkan tak sedikit yang menolak, ketika Gandang dan tim bermaksud untuk mensosialisasikan QRIS. "Datang ke Pasar Pagi dikira sales. Ditolak. Ya, jadi tantangan buat kita. Harus sabar dan dijelaskan pelan-pelan," kisahnya. Oleh karena itu, ke depan Gandang berharap, masyarakat Kaltim bisa lebih aware terhadap manfaat QRIS. Baik sebagai merchant maupun customer. Karena pembayaran non tunai melalui QRIS dapat mempercepat perputaran ekonomi di wilayah Kaltim. Selain aktif mensosialisasikan penggunaan QRIS kepada pedagang dan UMKM. QRIS juga disosialisasikan di tempat ibadah dan sekolah-sekolah. QRIS sendiri secara nasional resmi diluncurkan oleh Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran (DKSP) BI  pada 17 Agustus 2019. Kemudian, per 1 Januari 2020 semua industri diwajibkan mengubah QR code yang mereka miliki sebelumnya menjadi QRIS. Sementara saat ini, sedang berlangsung serentak di seluruh Indonesia, Pekan QRIS Nasional. Mulai dari 2 Maret hingga 15 Maret mendatang. Di Kaltim sendiri, acara puncak Pekan QRIS akan berlangsung pada Sabtu, 14 Maret di KPW BI Kaltim. Rangkaian acara akan diisi dengan pesta rakyat, bazaar food and beverage, fun run, dan executive work. (krv/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: