Perjuangan Pelajari dan Hafal Alquran

Perjuangan Pelajari dan Hafal Alquran

MENJADI lulusan terabaik di universitas, tidak menjamin seseorang untuk bisa hidup lebih baik. Itu yang diutarakan Husnatul Qodriah. Gadis cantik kelahiran Berau, 10 Januari 1994 ini, tercatat sebagai seorang lulusan terbaik satu dengan IPK 4.00 di wisuda profesi Ners, Universitas Muhammadiyah Kaltim tahun 2016 lalu. Selain mendapat IPK sempurna, dirinya juga tercatat sebagai alumni duta wisata tahun 2016 dengan gelar The Best Intelligence. Tak sekadar mengejar urusan dunia, dirinya juga selalu fokus untuk kehidupan akhirat. Memiliki gelar S1 Kesehatan, namun Husnatul, belum mendapat kesempatan bekerja sebagai tenaga kesehatan. Justru, saat ini, dirinya tercatat sebagai seorang guru hafiz di salah satu sekolah swasta yang ada di Kabupaten Berau. Dirinya diperkenalkan dengan Alquran sejak kecil. Diakuinya, sampai usia 17 tahun, dirinya belum mengenal cara baca Alquran yang baik dan benar sesuai makhroj. Tepat usia 18 tahun, dirinya mulai belajar baca Alquran dengan baik. Mencari guru mengaji di Samarinda. Diakuinya, saat itu dirinya sedang duduk di bangku kuliah. Sampai masa bekerja pun, Ia masih belajar. “Pokoknya saya harus benar baca Alquran, saya harus tahu hukum-hukum baca Alquran,” ungkapnya. Husna-sapaan akrabnya, kehilangan sosok ibu sejak duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Dari situ dirinya mulai berpikir bagaimana caranya untuk bisa memberikan kebahagiaan kepada orang tua, tanpa harus ada penolakan. “Saya ingin memberi mereka sesuatu yang bisa bermanfaat, membahagiakan mereka dunia dan akhirat,” katanya. Dikatakannya, saat itu juga Allah mengingatkannya dengan berita yang sudah sering terdengar di telinga, bahwa di akhirat nanti ada anak-anak yang memakaikan mahkota kemuliaan ke orang tuanya, dia adalah para penghafal Alquran. “Awalnya nyinyir diri sendiri, malu sendiri,” tuturnya. Menghafal? kalimat tersebut sempat menjadi persoalan untuk dirinya secara pribadi. Dengan kemampuan baca Alquran yang waktu itu masih kurang baik, dirinya akhirnya memberanikan diri untuk mencari tempat kursus belajar, perbaikan bacaan dan pengin konsen ke Alquran. “Syukur-syukur kalau dikasih Allah kesempatan menghafal, pikiran saya pada saat itu,” tegasnya. Ia mulai mencari. Pada saat itu ingin belajar di Samarinda saja. Beberapa tawaran yang datang malah dari luar kota. Ada yang dari Aceh, Jakarta, Jawa bahkan hingga Turki. “Bismillah saya putuskan untuk belajar di Jakarta. Dengan mengantongi izin dan rida orang tua, serta bekal seadaan saya putuskan meninggalkan semua aktivitas di Samarinda. Dan mulailah saya keluarkan jiwa Pramuka saya yang lama terpendam,” ujarnya Pada saat itu, dirinya tersesat di Jakarta, bahkan sempat hingga ke ujung Bekasi, Bogor, untuk mendatangi beberapa pesantren. Dirinya pun sempat menginap di masjid, pesantren, hingga di rumah kerabat. “Alhamdulillah, Allah kasih keberanian, Allah hilangkan rasa takut, dan Alhamdulillah selalu Allah pertemukan dengan orang-orang baik dan peduli sampai akhirnya saya pun dapat beasiswa full Hafiz Quran di Jakarta Selatan,” katanya. Di sana dirinya belajar Agama langsung dengan guru-guru yang luar biasa, salah satunya Ustadzah Nur Rahmania, LC. Dan sampai titik yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya, yaitu menghafal Alquran bahkan setelah beberapa bulan bermukim di sana, Ia diberi kesempatan untuk mengajar di Yayasan Aa Gym, PTQ (Pembinaan Tilawah Quran) Yayasan Daarut Tauhid Jakarta sebagai pengajar Tahsin. Saat di Jakarta, dirinya mengingat bahwa rasa-rasanya tidak menyesal memutuskan untuk berhenti dari dua pekerjaan di Samarinda. "Saat itu saya bekerja sebagai Preseptor klinik Universitas Muhammadiyah Kaltim dan guru mata pelajaran di SMK Kesehatan Samarinda,” ungkapnya.Walaupun saat itu, secara materi Ia tidak menghasilkan apa-apa, namun ketika dekat dengan Alquran, membuatnya merasa memiliki sesuatu yang sangat berharga yang tidak pernah dimiliki dan rasakan sebelumnya. Satu hal yang membuatnya saat ini lebih memilih banyak di dunia mengajar hafiz daripada dunia keperawatan, karena Ia ingin menjadi seperti yang sudah dijanjikan Allah melalui lisan Rasulullah SAW, "Khoirukum Man ta'alamal Qur'an wa 'Allama, Sebaik-baiknya kalian adalah siapa yang belajar Alquran dan yang mengajarkannya,” terangnya. Namun, dirinya juga tidak menutup diri untuk terus mencari karya di dunia kesehatan demi menjalankan apa yang sudah disampaikan Nabi, "Khoirunnas Anfa Uhum Linnas" sebaiknya kalian adalah yang besar manfaatnya untuk orang lain. Mudah-mudahan Allah kasih saya kesempatan untuk menjadi seseorang yang ada manfaatnya di bidang apapun,” ungkapnya. Lanjutnya, Husna ingin punya rumah yang digunakan sebagai "base camp" gratis bagi siapapun yang ingin belajar dan menghafal Alquran. Dirinya juga ingin punya klinik "Tibun Nabawi" gratis untuk siapapun. “Dan saya ingin membangun banyak masjid untuk orang banyak,” katanya. Dijelaskannya, merasa masih jauh dalam pencapaian cita-citanya. Untuk membahagiakan dunia akhirat orang tua. Apa yang pernah dijalani dan rasakan tidak ada apa-apanya dalam meraih rida Allah dan membalas jasa serta pengorbanan orang tua. “Namun dengan apa yang sudah saya lakukan, mudah-mudahan Allah bisa mengasihani saya dan mudahan Allah terus bimbing saya untuk mewujudkan cita-cita saya. Aamiin..,” harapnya. “Apapun profesi, keahlian, kesibukan yang dimiliki dan digeluti, berikan waktu lebih untuk belajar Agama. Khusus untuk teman-teman yang beragama Islam. Ayo sama-sama terus kita perbaiki kualitas bacaan Alquran kita. Apalagi saat ini di Berau sudah banyak guru dan wadah yang memfasilitasi bagi siapapun yg ingin belajar dan dekat dengan Alquran. Mudahan dengan itu, Allah ridai dan Allah jadikan Alquran berdampak baik bagi penghidupan di dunia dan akhirat. :Karena percaya dan yakinlah, siapapun yang dekat dengan Alquran, tidak akan Allah sia-siakan dan telantarkan, pasti akan Allah utamakan,” pungkasnya. (*/fst/APP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: