Akademisi Unmul Sebut Kritik Terhadap Tugu Pesut Mahakam Harap Dimaklumi

Akademisi Unmul Sebut Kritik Terhadap Tugu Pesut Mahakam Harap Dimaklumi

Tugu Pesut Mahakam di Simpang Empat Lembuswana Samarinda. --

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM – Tugu Pesut Mahakam yang terletak di Simpang Empat Mall Lembuswana, Samarinda, masih menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat.

Akademisi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Dahri Dahlan menyampaikan pandangannya mengenai konsep tugu Pesut Mahakam tersebut.

Baginya, desain Tugu Pesut Mahakam memang berbeda dengan konsep realistis. Sehingga kritik yang muncul dari sebagian masyarakat harus dapat dimaklumi.

BACA JUGA: Abstraksi Tugu Pesut: Ketika Seni Visual Berhadapan dengan Identitas Kultural

BACA JUGA:ASN Mengabdi 10-30 Tahun dapat Penghargaan SLKS, Akmal Pesan Jangan Berpuas Diri

BACA JUGA:Masa Kerja Kurang dari Dua Tahun, Guru Honorer Kukar Tak Bisa Ikut PPPK

"Tidak sedikit masyarakat yang belum memahami konsep desain tugu itu. Kalau menurut saya sih itu konsepnya futuristik, yang beririsan dengan konsep modernis. Tapi, masalahnya publik yang tidak mengerti konsep seperti ini pasti protes," jelasnya, pada Selasa (7/1/2025).

Pria yang akrab disapa Dahri itu mengamati, bahwasanya berbagai kritik yang muncul lebih banyak disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang seni modern dan aliran-aliran seni kontemporer.

BACA JUGA:Novan Sebut Perlu Upaya Nyata Tingkatkan Efektivitas Program BPJS

Karya seni dengan pendekatan futuristik memang memerlukan sudut pandang yang berbeda dari yang biasa digunakan masyarakat pada umumnya.  

"Hal ini juga sekaligus bisa menjelaskan, kebanyakan warga protes, karena tidak mengerti. Jadi sangat beragam aliran dan cara pandang terhadap karya seni itu," tekan Dahri selaku Dosen Sastra di Samarinda itu.

Ia pun menjelaskan, jika dilihat menggunakan "kacamata realis," desain tugu memang akan sulit untuk dipahami sebagai representasi dari Pesut Mahakam.

"Itu memang pesut, tapi dalam model futuristik. Kalau pakai kaca mata realis, tidak bakal bisa lihat kalau itu pesut," ujarnya.

Ia juga berharap, agar masyarakat dapat lebih terbuka dan menerima keragaman perspektif dalam menilai karya seni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: