Masyarakat Adat Mului (Bagian 1): Sang Penjaga Warisan Leluhur di Tanah Paser
2 Orang Perempuan Masyarakat Adat Paser Mului Saat Pulang dari Ladang, di Dusun Mului, Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur Kamis (12/12/2024).-(Disway Kaltim/ Salsa)-
MUARA KOMAM, NOMORSATUKALTIM - Masyarakat Adat Mului merupakan salah satu bagian dari Sub Suku Paser yang mendiami Dusun Mului, Desa Swan Slutung, Kecamatan Muara Komam, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Hidup di tengah hutan perawan menjadikan Masyarakat Mului jarang terjamah oleh pihak luar.
Jauh dari keramaian, Dusun Mului berada di bawah kaki Gunung Lumut yang menyimpan berbagai keanekaragaman hayati dan hewan, yang telah lama dipelihara oleh Masyarakat Adat Mului.
Untuk menempuh Dusun Mului, Jika menempuh rute dari Kota Balikpapan, akan menempuh jarak sekitar 214 Kilometer untuk sampai ke Dusun Mului atau memakan waktu 11 jam perjalanan.
BACA JUGA: Delapan Desa di Paser Masuk Peta Daerah Rawan Pangan
Akses jalan berliku-liku dan menantang, apalagi saat musim penghujan telah tiba, kubangan lumpur siap menghadang di kiri dan kanan perjalanan.
Paling aman menggunakan mobil jenis Double Gardan.
Untuk sekali jalan, pengunjung harus merogoh kocek sebesar Rp. 2.500,000 begitu pun sebaliknya ketika ingin pulang.
Listrik telah masuk ke Dusun Mului pada akhir tahun 2023 yang menyala selama 24 jam, bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) program bantuan dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur berkapasitas 23,07 Kwp.
BACA JUGA: Jatam Kaltim Kecam Perilaku Kekerasan Terhadap Nyawa Warga Adat Paser yang Melayang
Sementara untuk jaringan internet, masyarakat mengandalkan layanan internet satelit (Starlink), mengaktifkannya warga harus membeli voucher seharga Rp. 6.000-8.000 untuk sekali pakai di warung milik warga setempat.
Tak melulu lancar digunakan, tetapi jaringan internet satelit cukup membantu Masyarakat Adat Mului berkomunikasi dengan sanak-keluarganya yang tidak lagi menempati Dusun Mului.
Sebelumnya Dusun Mului dihuni sebanyak 38 Kepala Keluarga (KK), hingga kini yang masih bertahan hanya 7 Kepala Keluarga atau 21 orang.
Ditengarai oleh sulitnya akses jalan menyebabkan sebagian penghuni Dusun berpindah ke wilayah yang aksesnya lebih mudah seperti di Batu Apang dan Desa Suwan Slutung, serta sulitnya mengakses layanan dasar lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: