Debat Perdana Cawalkot Balikpapan: Membaca Polarisasi Representasi Petahana vs Penantang
Ariel Aditya Rahmat.-istimewa-
Disini terlihat bahwa Rendy dan Sa’bani sangat nyaman dengan gagasan kritisnya. Dalam konteks ini, perbedaan strategi komunikasi terlihat jelas.
Petahana lebih mengedepankan bukti konkret dari program yang telah dilaksanakan, sementara penantang berusaha menarik perhatian dengan isu-isu sosial yang sering terabaikan, menunjukkan kebutuhan masyarakat yang mendesak.
Taktik ini menciptakan suasana debat yang tidak hanya kompetitif tetapi juga emosional, di mana penantang sering kali berupaya membongkar kelemahan kebijakan petahana.
Polarisasi ini berpotensi memengaruhi pilihan pemilih, yang merasa terjebak antara keinginan untuk mempertahankan stabilitas dan dorongan untuk mencari perubahan. Debat ini tidak hanya sekadar ajang pertarungan ide dan gagasan, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam memahami representasi kepentingan masyarakat yang beragam di Kota Balikpapan.
Penulis: Ariel Aditya Rahmat, Mahasiswa Fisipol Universitas Mulawarman
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: