Ini Kata Ahli Soal Rencana Pemerintah Beri Susu Ikan untuk Program Makan Bergizi Gratis

Ini Kata Ahli Soal Rencana Pemerintah Beri Susu Ikan untuk Program Makan Bergizi Gratis

ilustrasi susu ikan-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Susu ikan diajukan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program makan bergizi gratis yang akan mulai dilaksanakan pada Januari 2025 mendatang.

Program ini merupakan bagian dari inisiatif yang diusung oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Tujuannya adalah menyediakan makanan sehat secara cuma-cuma kepada masyarakat, terutama bagi anak-anak dan kelompok rentan.

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, menyambut baik berbagai usulan yang diajukan untuk mendukung pelaksanaan program tersebut.

Ia menegaskan bahwa pihaknya akan membuka diri terhadap semua ide yang dianggap bermanfaat.

"Semua usulan yang positif pasti akan kami akomodasi, namun kami masih perlu melihat lebih jauh sebelum mengambil keputusan. Saat ini, kami belum sampai pada tahap mempertimbangkan penggunaan susu ikan," ujar Dadan.

BACA JUGA : 6 Langkah Lindungi Anak dari Bullying

Ide penggunaan susu ikan sebagai alternatif susu sapi pertama kali dicetuskan oleh Direktur Utama Holding Pangan ID FOOD, Sis Apik Wijayanto.

Gagasan ini menarik perhatian luas, termasuk dari kalangan ahli gizi. Banyak yang mendukung inovasi ini, namun beberapa juga mengingatkan adanya faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan.

Salah seorang ahli gizi klinis, dr. Putri Sakti, menjelaskan bahwa jika susu ikan benar-benar digunakan dalam program makanan bergizi gratis, pemerintah perlu memperhatikan dua hal utama, yaitu palatabilitas atau tingkat keterimaannya di masyarakat, serta kandungan nutrisinya.

Menurutnya, aspek gizi dalam susu ikan sangat penting untuk diperhatikan, terutama dalam hal kandungan zat-zat seperti maltodekstrin, yang memiliki indeks glikemik tinggi.

BACA JUGA : Kenaikan PPn 12 Persen Picu Reaksi Buruk, Ekonom INDEF Ingatkan Hal Ini

"Indeks glikemik yang tinggi pada maltodekstrin berpotensi membuat kadar gula darah menjadi tidak terkontrol. Ini bisa menjadi risiko bagi anak-anak yang mengonsumsi susu tersebut secara rutin," ungkap dr. Putri.

Selain itu, ia juga menyoroti potensi adanya tambahan gula, pengawet, pewarna, dan perasa pada produk susu ikan yang perlu dikaji lebih lanjut sebelum produk ini diberikan kepada masyarakat, khususnya anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: