Akibat Banjir Besar, Pembudidaya Ikan Keramba di Kubar Terancam Gagal Panen

Akibat Banjir Besar, Pembudidaya Ikan Keramba di Kubar Terancam Gagal Panen

Kondisi banjir yang merendam rumah warga di Kabupaten Mahakam Ulu (Ist).--

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Para nelayan dan pembudidaya keramba ikan jaring apung di Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) terancam gagal panen.

Penyebabnya tidak lain, karena banjir yang melanda wilayah itu sejak beberapa hari ini. Para petani keramba ikan diprediksi mengalami kerugian besar, hingga ratusan juta rupiah.

Hendra, Salah satu petani keramba ikan di Kutai Barat, Melak Seberang mengatakan bahwa, banjir yang melanda wilayah tersebut sangat berdampak terhadap usaha mereka.

Para nelayan dan petani keramba tidak bisa berbuat apa-apa, karena arus air Sungai Mahakam sangat deras, bahkan meluap hingga ke pemukiman warga.

"Putus semua akses di sini, pokoknya nggak bisa ngapain-ngapain lagi. Banjirnya sudah hampir mau seminggu sudah." kata Hendra saat dihubungi media ini, Kamis (16/5/2024).

BACA JUGA : Banjir Besar Memutus Jalur Kubar-Mahulu, Banyak Warga Terjebak Luapan Sungai Mahakam

Banjir tersebut juga menyebabkan banyak batang kayu yang ikut hanyut terbawa arus air menghantam keramba ikan mereka hingga jebol.

Kondisi tersebut hampir dirasakan oleh seluruh para nelayan dan para pembudidaya ikan keramba di wilayah tersebut.

Kata Hendra, kondisi ikan di saat banjir seperti ini memang tidak mati. Hanya saja banyak yang hanyut terbawa arus air. Apalagi jaring apung sudah banyak putus karena dihantam batang pohon yang hanyut dari wilayah Hulu Sungai Mahakam.

"Kalau kondisi ikan sih aman aja (tidak mati, Red.), cuma yang berbahaya ini banyak kayu hanyut. Punya saya aja sudah lima petak yang jebol gara-gara kayu. Jaringnya jebol sehingga Ikan banyak yang hanyut," ungkapnya.

BACA JUGA : Musibah Banjir Merendam Mahakam Ulu, Fasilitas Sekolah Turut Terdampak Sebabkan Siswa Terpaksa Diliburkan

Hendra menyebutkan bahwa, dari lima petak keramba ikan yang rusak miliknya, masing-masing petak terisi 300 kilogram (kg). Sehingga total seluruhnya mencapai 1.500 kilogram.

Hendra belum mengetahui pasti jumlah ikan yang tersisa. Namun untuk menyelamatkan ikan yang tersisa, pihaknya akan berusaha memindahkan ke tempat yang aman, bahkan diupayakan untuk dijual meskipun harganya jauh lebih murah.

"Mau nggak mau kita panen sebelum waktunya, harganya juga murah. Karena jatuhnya bukan ikan konsumsi. Perkiraan kerugian bisa mencapai Rp 35-45 juta. Ini baru punya saya, masih banyak yang lain bahkan lebih banyak lagi," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: