Fenomena Lonjakan Suara Partai PSI dalam Pemilu 2024, Begini Penjelasnnya

Fenomena Lonjakan Suara Partai PSI dalam Pemilu 2024, Begini Penjelasnnya

Fenomena Lonjakan Suara Partai PSI dalam Pemilu 2024-istimewa-

SAMARINDA, NOMORSATUKALTIM - Baru-baru ini pagelaran Pemilu tahun 2024 di Indonesia dihebohkan dengan lonjakan yang tajam dari perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Tentu saja fenomena ini membuat heboh publik di Indonesia.

Dihimpun dari data real count Komisi Pemilihan Umum, lonjakan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dimulai pada tanggal 1 Maret 2024, dimana perolehan suara Partai pimpinan Kaesang Pangarep ini awalnya berada diangka 2,08 juta suara atau 2,75% (per tanggal 24 Februari 2024 pada pukul 07.00 Wita dengan suara yang masuk sejumlah 64,92%) menjadi 2,29 juta suara atau 3.08%. 

Sementara jumlah terbaru yang dihimpun dari data real count Komisi Pemilihan Umum pada Senin (4/3/2024) pukul 14.00 Wita, data dari KPU jumlah suara terkumpul mencapai 65,85% dari seluruh Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hingga pukul 14.00 Wita, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mengumpulkan suara 3.082.654 atau 4,01%. Di bawah PPP terdapat Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memperoleh suara sebanyak 2.404.270 atau 3,13%.

Terhitung hanya empat hari saja sejak tanggal 1 Maret 2024 hingga 4 Maret 2024 suara Partai Solidaritas Indonesia naik dengan angka yang cukup tinggi. Tentu saja dari lonjakan ini membuat publik bertanya-tanya terkait fenomena ini.

Dilansir dari akun X Prof Burhanuddin Muhtadi selaku Peneliti Indikator Politik dibuat heran atas lonjakan dari Partai PSI.

“Saya sudah banyak bicara soal ini, secara statistik hasil hitung semua lembaga sudah jelas kesimpulannya. Kalau terjadi anomali antara hasil hitung cepat dengan real count KPU, kenapa hanya terjadi pada PSI?, saya nggak paham,” cuitnya di akun X pribadinya (02/03/2024).

Dr, Saipul B, M.Si selaku pakar kepemiluan dari Fakultas Sosial Ilmu Politk (Fisipol) Universitas juga sepakat atas statement yang dituliskan oleh Prof Burhanuddin Muhtadi.

“Saya sepakat dengan statement dari Prof Burhanuddin, karena logika seorang peneliti adalah ketika itu dilakukan secara fluktuatif atau turun naik dalam satu populasi, artinya semuanya akan terimbas karena dalam satu tempat atau satu kesatuan. Namun ketika ada indikasi satu peserta saja yang naik memang perlu ada hipotesanya, apakah ini normal atau abnormal,” ucap Saipul (04/03/2024).

Mantan Ketua Bawaslu Provinsi Kaltim dua periode ini (2012-2017 & 2017-2022) mencoba mentafsirkan kemungkinan-kemungkan yang bisa terjadi dari fenomena ini.

“Menurut hipotesa (kesimpulan sementara, Red) praduga (prasangka, Red.) kalau kita mengamati dari luar sistem, kita dapat mendapatkan indikasi lonjakan itu ada dua hal, yang pertama karena aplikasi mereka yang bermasalah seperti tidak akuratnya dalam membaca data atau yang kedua memang ada upaya TSM (terstruktur,sistematis dan masif) dalam pengkondisian peserta tertentu guna menguprgrade suara dari salah satu Partai tertentu,” urainya.

Terpisah, Sigit Widodo selaku Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menuliskan dari akun X pribadinya terkait fenomena yang sedang terjadi di Partainya.

“Naik-turunnya presentase suara di Sirekap adalah hal yang lumrah selam perhitungan belum selesai. Saat suara dari daerah yang pemilihnya banyak, otomatis presentase suara PSI akan naik, dan sebaliknya. Sebaiknya kita tunggu saja hasil resmi dari KPU,” tulisnya di akun X pribadinya (04/03/2024).

Dalam fenomena in juga Decky Samuel selaku Ketua DPW PSI Kaltim menganggap perolehan suara yang di dapat partainya merupakan hal yang wajar.

“Pertambahan suara PSI saat ini masih sesuatu yang wajar, tidak ada terjadi lonjakan, karena hanya bertambah sedikit. Kalau tiba-tiba naik jadi 6% barulah disebut lonjakan,“ ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: