Cerita Dua Bocah dan Ibunya di Kubar yang Hidup dari Memulung (1): Korban Kekerasan yang Ingin Mandiri

Cerita Dua Bocah dan Ibunya di Kubar yang Hidup dari Memulung (1): Korban Kekerasan yang Ingin Mandiri

Kisah viral sepasang saudara kandung laki-laki yang terpaksa jadi pemulung di Kutai Barat semakin ramai diperbincangkan. Namanya Viktor (11) dan Lorenzo (8). Mereka bersama ibunya, Abia Puspita Sari, tinggal di sebuah rumah kontrakan di RT 07 Kelurahan Simpang Raya, Barong Tongkok, Kutai Barat. Mereka hidup dari hasil memulung.

Kubar, Lukman Hakim Mahendra HIDUP dengan himpitan ekonomi sudah bertahun-tahun Abia Puspita Sari jalani bersama kedua buah hatinya. Perempuan yang berasal dari Kecamatan Long Apari Kabupaten Mahakam Ulu ini bercerita, dulunya ia hidup berkecukupan. Punya usaha jasa pencucian dan berjualan ayam potong. “Kala itu tahun 2011, saat nikah dengan bule blasteran indo di Denpasar, Bali. Suami saya orang Indonesia tapi mamanya keturunan India-Filipina dan bapaknya Manado-Belanda,” ujar Sari, mengenang. Tak berselang lama. Setelah lebih sebulan pasca menikah, masalah mulai muncul. Dan terus bergulir selama empat tahun berjalan hingga 2015. Suami yang bekerja sebagai montir panggilan pun diserang pelbagai penyakit komplikasi, hingga menyerang kejiwaannya. Sari dan anaknya kerap jadi korban kekerasaan suaminya. Lantas Sari memutuskan untuk berpisah dengan suami pada 2015 lalu. Dari situlah kehidupan sebagai pemulung mau tak mau ia lakoni bersama kedua anaknya. Demi bertahan hidup. Penghasilan Rp 600 ribu dalam sehari juga pernah dirasakannya. Itu ketika mengumpulkan kardus bekas dari sebuah toko sembako. Namun itu tak bertahan lama, pemilik toko mengambil alihnya. “Karena mereka tidak kasi lagi terpaksa saya cari di jalanan atau tempat bakar sampah. Kalau sekarang kita kumpul itu paling banyak Rp 200 ribu. Dulu masih ada motor itu saya ngojek. Tapi motornya juga sudah dijual,” ungkapnya. Dengan banyaknya problematika hidup yang dijalaninya itu, lantas ia tak mampu menahan tangis lagi bercerita. Saking pedih yang dialaminya. Lalu, ia memilih untuk tak bercerita masalah tersebut lagi kepada pewarta. Dari warga sekitar, tawaran pekerjaan yang lebih nyaman pun kerap disampaikan kepadanya. Namun sering ia tolak. Itu lantaran kemauan sang anak untuk tidak tinggal bersama orang lain. Kedua anaknya ingin tinggal bersama sang ibunya sendiri. Sementara tawaran pekerjaan itu mengharuskan Sari untuk meninggalkan kedua anaknya itu. Selama bekerja. Sedangkan Lorenzo dan Viktor masih trauma. Ketika kerap mendapat perlakuan kasar oleh ayahnya, dulu itu. Untuk menghargai uluran tangan warga sekitar, Sari akhirnya memilih untuk tinggal di rumah kontrakan kayu. Digratiskan oleh sang pemilik rumah. Kendati harus membayar listrik dan air saja. “Makanya saya minta bantuan modal usaha. Kalaupun ada yang meminjamkan terus saya usaha dulu, baru saya kembalikan juga tidak apa-apa. Rencananya mau cari motor bekas. Karena saya mau usaha mandiri. Kalau bisa rumah sendiri ya syukurlah. Kalau kita hanya berharap bantuan orang mungkin habis dalam sehari dua hari,” imbuhnya. Samsiddin, Lurah Simpang Raya, prihatin atas kondisi Sari dan kedua anaknya. Ia meminta seluruh staf untuk mengulurkan bantuan sukarela kepada mereka. “Memang ibu ini saya lihat di depan mata saya sendiri sehingga dengan spontanitas kami membantu secara sukarela. Kami sudah laporkan ke Dinas sosial agar bisa memfasilitasi bantuan pemerintah,” kata Lurah. Ia juga menginisiasi bantuan pendidikan kepada kedua bocah yang duduk di bangku kelas 1 dan 3 sekolah dasar (SD) tersebut. “Harapan kita mudah-mudahan ada dermawan-dermawan yang terketuk hati membantu ibu ini. Kebetulan ibu ini kuat mau usaha mandiri tapi terkendala modal. Dan yang kita gambarkan bagaimana nasib anak berdua ini yang masih sekolah,” papar Samsudin. Rezeki memang tak kemana. Harapan Sari terkabulkan. Sejumlah warga di Barong Tongkok, Kutai Barat, mulai memberikan perhatian. Datang dari seorang perempaun asal Simpang Raya yang tidak mau disebutkan namanya. Ia menyatakan dan menawarkan sejumlah fasilitas dan pekerjaan terhadap ketiganya itu (ibu dan anaknya). Pemrempuan itu akan  memberikan kendaraan roda dua untuk antar jemut anaknya ke sekolah. Ia berharap, bantuan itu bisa membantu Sari dan kedua anaknya. “Sekecil apapun bantuan kita itu sangat bermanfaat. Tetapi semua tergantung beliau. Karena memang beliau mau mandiri,” ujar perempuan itu. (bersambung2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: