Banjir Rob Rendam 70 Rumah di Pesisir PPU

Banjir Rob Rendam 70 Rumah di Pesisir PPU

PPU, nomorsatukaltim.com - Badai la nina berakibat tingginya pasang air laut di Penajam Paser Utara (PPU). Membuat banjir rob hingga ke lingkungan permukiman warga pesisir. Bahkan tanggul yang dibangun Pemkab PPU sampai jebol. Sedikitnya 70 rumah warga di kawasan pesisir pantai sejak Sabtu sore (4/12/2021) hingga Minggu (5/12/2021) terendam air payau. Mulai wilayah Pelabuhan Penajam, hingga ke Kelurahan Nenang, Tanjung Tengah sampai ke Desa Sesulu Kecamatan Waru dan Babulu Laut Kecamatan Babulu. "Banjir menggenangi ke halaman rumah warga, bahkan sampai masuk ke rumah-rumah warga di Nenang dan Tanjung. Ada juga air yang sampai masuk ke ruang kelas sekolah di Babulu," ujar Kepala Pelaksana BPBD PPU, Marjani, Senin (6/12/2021) kepada nomorsatukaltim.com - Disway News Network (DNN). Baca juga: Banjir Jadi PR Camat Barong Tongkok yang Baru Adapun tanggul yang jebol itu ada di Kelurahan Nenang, Penajam. Akibat tak mampu menahan dorongan debit air yang terus meningkat. Berkisar di point 2.9. Kondisi ini diperparah dengan jebolnya tanggul di RT 8 dan meluapnya air sungai Nenang di RT 8 Kelurahan Nenang. Ketinggian air yang merendam rumah warga tersebut sekira 30 hingga 40 centimeter. Untuk luasan genangan, berjarak sekira 15 meter sampai 50 meter dari garis pantai saat normal. Kondisi itu, diprediksi bertahan hingga 4-5 hari ke depan. Pun masih ada kemungkinan semakin parah jika cuaca buruk datang. Marjani mengimbau, agar masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir pantai untuk lebih waspada dan siap sebagai tindakan pencegahan. "Masyarakat harus waspada dengan kondisi saat ini. Jika ada kemungkinan buruk, segera laporkan ke petugas," ujarnya. BPBD PPU juga telah menerjunkan personel di lapangan. Berasal dari Satuan Tugas yang tergabung dalam Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB). Mereka bertugas dengan dua sif. Satgas ini siap selama 24 jam dengan waktu kerja secara dua shift. Menurut data, situasi ini sudah menjadi bencana tahunan. Meski begitu, kejadian di 2021 ini yang terparah. "Banjir rob terakhir yang cukup parah itu di 2017. Tapi tetap tidak separah ini jangkauan genangannya," sebutnya. Marjani mengakui, masih kurangnya skema mitigasi untuk pencegahan bencana ini. Terlebih karena satuannya belum memili tenaga ahli untuk mengaji hal itu. Adapun untuk penanganan situasi ini secara infrastruktur, ia telah mengusulkan ke Dinas PUPR PPU untuk perbaikan tanggul dan jembatan tadi. Kemudian berencana mengusulkan penanganan banjir akibat rob ini ke Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Ditjen SDA Kementerian PUPR di Samarinda. "Kejadian bencana tersebut juga telah kami sampaikan kepada bapak Plt Sekda Muliadi selaku ex-officio atau kepala BPBD PPU,” pungkasnya. (rsy/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: