LPBI NU Luncurkan Film Dokumenter Penanggulangan COVID-19  

LPBI NU Luncurkan Film Dokumenter Penanggulangan COVID-19   

Jakarta, nomorsatukaltim.com – Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) meluncurkan film pendek berjudul “Melawan Pandemi”. Film tersebut mengadopsi pembelajaran dari masyarakat di sembilan kabupaten/kotamadya di tiga provinsi di Indonesia.

Peluncuran film pendek itu dilakukan LPBI NU pada pembukaan pelatihan Pengelolaan Risiko Bencana pada program Penguatan Ketangguhan Masyarakat dalam Menghadapi COVID-19 dan Bencana Alam (PKMM-CBA), 28 hingga 31 Juli 2021.   Ini adalah film film dokumenter yang merangkum pelaksanaan program Penguatan Ketangguhan Masyarakat dalam Menghadapi COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru (PKMM COVID-19) yang dilaksanakan pada Juli 2020 – Maret 2021. Film tersebut merupakan dokumen berharga. Dapat dijadikan pembelajaran bagi semua pihak untuk memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi COVID-19 dan adaptasi kebiasaan baru. Tentunya melalui berbagai upaya pencegahan berbasis masyarakat dan pemberian dukungan kepada masyarakat yang paling terdampak. Sebanyak 31 orang mengikuti pelatihan PKMM-CBA garapan LPBI NU dan didukung DFAT Australia melalui SIAP SIAGA Palladium. Mereka adalah tim pelaksana program dari Kabupaten Lamongan, Gresik, Kabupaten Sidoarjo, Pasuruan, Malang, Kotamadya Kediri (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng (Bali) dan Kabupaten Lombok Barat (Nusa Tenggara Barat). Selain itu, peserta pelatihan juga berasal dari tim pusat program. Perwakilan SIAP SIAGA Palladium, Kristanto Sinandang menyampaikan tentang program kebencanaan SIAP SIAGA, di antaranya mendukung program Desa Tanggug Bencana (Destana) berbasis kesejahteraan dan standar pelayanan minimum (SPM). Destana yang disasar ingin mengembangkan model universal sehingga lebih akomodatif. Destana berbasis kesejahteraan ingin mengisi lebih lanjut urusan ekonomi, penghidupan wacana yang sedang dikembangkan adaptif social protection. “Semoga pelatihannya lancar, tentunya hasilnya untuk peningkatan kapasitas program. Puncaknya bisa memberikan manfaat kepada masyarakat yang dilayani,” tuturnya. Ketua LPBI NU PBNU, M. Ali Yusuf dalam kesempatan tersebut mengatakan, pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada seluruh pelaksana program LPBI NU agar dapat mempromosikan dan mengajak semua pihak mendukung upaya pengurangan risiko bencana. Dengan begitu, setiap potensi ancaman bencana bisa ditangani dan dampak kejadian bencana bisa dikurangi atau diminimalisasi. Program PKMM-CBA ini berbasis RW dan menyasar langsung rumah tangga/keluarga. Lingkup program meliputi kampanye publik untuk memperkuat upaya pencegahan COVID-19 berbasis masyarakat. Termasuk melalui rumah ibadah, pembuatan update data warga terpilah berbasis geospasial, penyediaan dan pemanfaatan fasilitas pendukung pelaksanaan protokol kesehatan termasuk fasilitas karantina berbasis RW. Selain itu, program PKMM-CBA juga memberikan bantuan kepada masyarakat yang paling terdampak COVID-19. Pada saat penanganan COVID-19, banyak kejadian bencana melanda berbagai daerah di Indonesia, misalnya banjir berkepanjangan di Kalimantan Selatan, gempa di Sulawesi Barat, gempa di Malang dan sekitarnya, serta siklon seroja di NTT. Oleh karena itu, menurut Ali, program PKMM-CBA melakukan pendampingan kepada masyarakat untuk melakukan identifikasi ancaman bencana di level desa, berikut upaya PRB yang harus dilakukan. Kemudian mengajak masyarakat untuk menyusun SOP penanganan darurat saat pandemi di level desa. “PRB merupakan bagian penting ajaran Islam. PRB merupakan bagian inti ajaran Islam. PRB jelas perintah ajaran Islam. Dalil agama-agama sudah banyak tinggal pelaksanaan yang perlu ditingkatkan,” imbuhnya. Sementara Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Andi Najmi Fuaidy menegaskan pentingnya kolaborasi dan sinergi berbagai pihak dalam upaya pengurangan risiko bencana. Melalui pelatihan garapan LPBI NU ini, diharapkan para peserta dapat saling berbagai informasi dan berdiskusi serta menemukan solusi untuk mengurangi dampak bencana. Menurut Andi, bencana kesehatan yang sedang berlangsung bisa didekati secara sains. Manusia diberi akal dan pengetahuan untuk mendekati dan menangani COVID-19. Tidak boleh mempertentangkan kehendak Tuhan yang satu dengan yang lain selama memahaminya dengan benar. Pemerintah tidak bisa sendiri dalam menangani pandemi, harus berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk ormas. Pelatihan ini menghadirkan beberapa narasumber yang mumpuni di bidangnya masing-masing: Pengantar Penanggulangan Bencana (Catur Sudiro), Kajian Risiko Bencana Partisipatif dan Pengorganisasian Masyarakat (Mart Widarto), Isu Lapis Sanding dalam Pengelolaan Risiko Bencana (Agatia W dan Risa Yudhiana), dan Perangkat Kajian Risiko Bencana Partisipatif (Petrasa Wacana). (*/sos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: