Bontang Terancam Krisis Air 2026, Nasib Waduk Marangkayu di Tangan Pemprov Kaltim
Bontang, nomorsatukaltim.com - Bontang harus gerak cepat. Ancaman krisis air di 2026 bisa terjadi. Fakta itu terungkap melalui hasil riset Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri - Institut Teknologi Bandung (LAPI- ITB). Yang menyebutkan krisis air bisa terjadi dalam tempo 20 tahun. Kajian itu disusun pada 2006 silam.
Pun eksploitasi air secara berlebih tak menutup kemungkinan prosesnya bisa lebih cepat. Perumda Tirta Taman membenarkan ancaman krisis air. Saat ini saja, sumur-sumur bawah tanah sudah mulai menipis cadangannya. Bahkan, satu sumur di Kelurahan Telihan, Kecamatan Bontang Barat ditutup. Air di dalamnya tak layak. Lapisan aquifer sudah roboh. Akibatnya air bercampur dengan pasir. Baca juga: Derita Warga Malahing Bontang, Krisis Air Tawar di Atas Air asin Aquifer itu seperti sungai di bawah tanah. Jaraknya dari permukaan bisa ratusan meter. Dari sungai-sungai bawah tanah itulah selama ini dimanfaatkan untuk kebutuhan air di Bontang. Air bawah tanah sebenarnya kurang baik. Kandungan logamnya tinggi. Pun kandungan besi (Fe) di atas baku mutu. Makanya di Instalasi Perumda Tirta Taman didirikan gedung aerator. Gedung ini setara 4 lantai. Air dari bawah tanah dialirkan ke puncak gedung. Lalu disalurkan melalui lubang-lubang kecil. Bangunan ini tanpa dinding. Tujuannya agar air yang mengalir di tiap lantai tertiup angin. Proses pengikatan Fe dengan oksigen inilah yang dibutuhkan agar kandungan besi di air baku sesuai baku mutu. Namun, sejak puluhan tahun lalu, bahkan sebelum Bontang menjadi Kota Administratif, PDAM saat itu sudah menggunakan air bawah tanah. Lama-lama air yang disedot kian menipis. Dibutuhkan segera cadangan air permukaan untuk mengatasi ancaman itu. Baca juga: Pemkot Bontang Kaji Pemanfaatan Air Bekas Tambang, Berharap Pemipaan Dibiayai Perusahaan "Ada 3 opsi, air dari lubang eks tambang, pembangunan waduk di Suka Rahmat, atau pembangunan waduk di Marangkayu," ujar Kepala Perumda Tirta Taman, Suramin kepada wartawan baru-baru ini. Ketiga opsi itu punya masing-masing kelemahan. Untuk kolam tambang berjarak puluhan kilometer dari lubang tambang (void) milik PT Indominco Mandiri. Dibutuhkan pipanisasi cukup panjang sekitar 30 kilometer menuju Bontang. Prosesnya pun harus melalui kajian ilmiah dulu. Supaya tidak berbahaya bagi warga. Sedangkan untuk waduk Suka Rahmat agak sulit. Lokasinya berada di kawasan Taman Nasional Kutai (TNK). Izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dibutuhkan. Pemprov Kaltim tahun lalu sudah menganggarkan pembebasan lahan di sana. Hanya saja belum bisa terlaksana karena izin belum ada. Sementara untuk waduk di Marangkayu juga berjarak jauh. Butuh pipanisasi juga dari waduk menuju jalur pipa Perumda Bontang. Dari seluruhnya, Waduk Marangkayu paling memungkinkan. Karena diproyeksikan akan segera dibangun. "Tugas kami sudah selesai, kami tinggal tunggu hasil kajian dari Pemprov," ujarnya. Baca juga: Pemanfaat Air Bekas Tambang Masih Dikaji Ketua DPRD Bontang, Andi Faizal Sofyan Hasdam juga sependapat dengan Suramin. Langkah paling cepat yakni berharap dari Waduk Marangkayu. Progresnya paling memungkinkan. Penggenangan tahap pertama Waduk Marangkayu akan dimulai dilakukan tahun 2021. Setelah itu dilanjutkan penggenangan ke dua kemungkinan 2023 atau 2024 nanti. "Tim kami sudah cek di lapangan pada Selasa (23/3/2021), memang sudah mulai aktivitas di Waduk Marangkayu. Artinya sudah ada progres," bebernya. Setelah itu, kini tinggal menunggu realisasi dari pemangku kebijakan yakni Pemprov Kaltim. (wal/boy)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: